Mungkin penyakit yang satu ini masih baru di telinga Anda, Restless Leg Syndrome (RLS), atau yang juga disebut Willis-Ekbom Disease. Adalah suatu kondisi yang menyebabkan sensasi yang tidak nyaman pada kaki, sehingga adanya dorongan yang tidak tertahankan untuk menggerak-gerakan kaki Anda.
Penyebab pasti dari penyakit ini tidak diketahui. Gejala ini biasanya terjadi pada sore hari, dan paling parah terjadi pada malam hari ketika seseorang sedang beristirahat, seperti duduk atau berbaring di tempat tidur.
Restless Leg Syndrome juga dapat terjadi ketika seseorang tidak aktif dan duduk untuk waktu yang lama (misalnya, saat melakukan perjalanan dengan pesawat atau menonton film di bioskop). Karena gejala dapat bertambah parah pada malam hari, sehingga bisa sulit untuk tertidur atau kembali tidur setelah terbangun dari tidur.
Menggerakkan kaki atau berjalan biasanya meredakan gejalanya, tetapi sensasi Restless Leg Syndrome sering kambuh begitu berhenti bergerak. RLS diklasifikasikan sebagai gangguan tidur karena gejala dipicu oleh istirahat dan terjadi saat mencoba untuk tidur.
Restless Leg Syndrome juga digolongkan sebagai gangguan gerakan, karena secara tidak langsung, seseorang dipaksa untuk menggerakkan kaki mereka untuk meredakan gejalanya. Hal ini terjadi karena adanya gangguan pada sistem saraf pusat (otak)
RLS adalah salah satu dari beberapa gangguan yang dapat menyebabkan kelelahan dan kantuk di siang hari, sehinggat juga dapat mempengaruhi suasana hati, konsentrasi, pekerjaan dan kinerja sekolah, dan hubungan pribadi.
Banyak orang yang mengalami RLS sering tidak dapat berkonsentrasi, memiliki gangguan memori, atau gagal menyelesaikan tugas sehari-hari.
RLS dengan tingkat keparahan sedang hingga berat yang tidak ditangani dapat menyebabkan penurunan sekitar 20% dalam produktivitas kerja dan dapat berkontribusi terhadap depresi dan kecemasan. Hal ini juga menyebabkan seseorang menjadi sulit untuk bepergian.
Diperkirakan hingga 7-10 persen populasi AS mungkin memiliki RLS. RLS terjadi pada pria dan wanita, meskipun RLS cenderung lebih banyak terjadi pada wanita daripada pria. Di Indonesia sendiri, belum pernah dilakukan pendataan mengenai jumlah orang yang menderita penyakit ini.
Restless Leg Syndrome dapat dimulai pada usia berapa pun. Tapi Restless Leg Syndrome paling banyak menyerang orang dengan usia lanjut, dan gejala biasanya menjadi lebih sering dan berlangsung lebih lama seiring bertambahnya usia.
Lebih dari 80% orang dengan RLS juga mengalami Periodic Limb Movement of Sleep disingkat PLMS (gerakan tidur ekstremitas berkala). PLMS ditandai dengan gerakan yang tidak disadari (dan kadang-kadang terjadi pada lengan) berkedut atau menyentak saat tidur yang biasanya terjadi setiap 15 hingga 40 detik, kadang-kadang terjadi sepanjang malam.
Meskipun banyak orang dengan RLS juga mengalami PLMS, tapi kebanyakan orang dengan PLMS tidak mengalami RLS.
Bagaimana penanganan Restless Leg Syndrome?
Untungnya, sebagian besar kasus RLS dapat ditangani tanpa obat-obatan. Namun pada beberapa kasus, penanganan menggunakan obat-obatan, mungkin diperlukan. Berikut penanganan yang dapat dilakukan pada seseorang yang mengalami Restless Leg Syndrome.
-
Perubahan gaya hidup
Perubahan gaya hidup dan melakukan kegiatan tertentu dapat memberikan beberapa bantuan pada orang dengan gejala RLS ringan sampai sedang.
Langkah-langkah ini termasuk menghindari atau mengurangi penggunaan alkohol dan tembakau, mengubah atau mempertahankan pola tidur yang teratur, memijat kaki, mandi dengan air hangat, atau menggunakan bantal pemanas atau kompres es.
-
Suplemen Zat Besi
Untuk orang dengan kadar TIBC (Total Iron Binding Capacity) yang rendah, mungkin bisa mengkonsumsi suplemen zat besi, karena kekurangan zat besi merupakan salah satu faktor resiko penyebab terjadinya Restless Leg Syndrome.
-
Obat anti kejang
Obat anti-kejang adalah obat-obatan lini pertama bagi mereka yang menderita RLS. BPOM telah menyetujui Gabapentin Enacarbil untuk pengobatan RLS sedang hingga berat, Obat ini tampaknya sama efektifnya dengan pengobatan Dopaminergik (dibahas di bawah).
-
Agen Dopaminergik
Obat-obatan ini, sebagian besar digunakan untuk mengobati penyakit Parkinson. Mereka telah terbukti mengurangi gejala RLS ketika mereka diminum pada malam hari. BPOM telah menyetujui Ropinirole, Pramipexole, dan Rotigotine untuk mengobati RLS sedang sampai berat. Meskipun obat yang terkait dopamin efektif dalam mengelola gejala RLS.
-
Opioid
Obat-obatan seperti Metadon, Kodein, Hidrokodon, atau Oxycodone adalah golongan NARKOTIKA, kadang-kadang diresepkan untuk mengobati seseorang dengan gejala RLS yang lebih parah yang tidak merespon dengan baik terhadap obat lain.
-
Benzodiazepin
Benzodiazepin juga merupakan obat golongan antikejang. Obat-obatan ini dapat membantu seseorang untuk tidur lebih nyenyak. Namun, bahkan jika diminum hanya pada waktu tidur, obat ini kadang-kadang dapat menyebabkan kantuk di siang hari, mengurangi energi, dan mempengaruhi konsentrasi.
Benzodiazepin seperti Clonazepam dan Lorazepam. Karena obat ini dapat memperburuk gangguan tidur lainnya, obat ini digunakan sebagai obat lini terakhir.
Penggunaan obat-obatan untuk gejala RLS pasti harus berdasarkan resep dokter dan tidak bisa dilakukan sembarangan. RLS umumnya merupakan kondisi seumur hidup yang tidak bisa disembuhkan sepenuhnya.
Namun, terapi saat ini dapat mengendalikan gangguan, meminimalkan gejala, dan meningkatkan periode tidur nyenyak. Gejala dapat berangsur-angsur memburuk seiring bertambahnya usia, meskipun kondisi ini dapat memburuk jika seseorang memiliki penyakit yang mendasarinya.
Malam dok, saya mau tanya kalau gejala penyakit jantung rematik apa saja ya? apa bisa didiagnosa dengan anamnesa, jika bisa, berapa persen tingkat keakuratannya terhadap kemungkinan menderitanya?