Sanprima tablet adalah obat antibiotik yang digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi seperti infeksi saluran pencernaan, pernapasan, saluran kemih dan berbagai jenis infeksi lainnya. Sanprima tablet mengandung cotrimoxazole, suatu obat antibiotik yang merupakan kombinasi trimethoprim dan sulfamethoxazole.
Mengenai Sanprima Tablet
Pabrik
Sanbe Farma
Golongan
Harus dengan resep dokter
Kemasan
Sanprima tablet dipasarkan dengan kemasan sebagai berikut:
- 10 x 10 tablet
Kandungan
Tiap kemasan Sanprima tablet mengandung zat aktif sebagai berikut:
- (trimethoprim 80 mg + sulfamethoxazole 400 mg) / tablet
Mekanisme kerja Sanprima Tablet
Cara kerja Sanprima tablet dipengaruhi oleh kandungan Cotrimazole di dalamnya. Cotrimoxazole adalah antibiotik kombinasi trimethoprim dan sulfamethoxazole yang digunakan untuk mengobati berbagai macam infeksi bakteri.
Kombinasi ini dengan perbandingan satu bagian trimethoprim dan lima bagian sulfamethoxazole. Cotrimoxazole bekerja dengan cara menghambat enzim metabolisme asam folat pada bakteri yang peka.
Trimethoprim sendiri adalah bakterisida sedangkan sulfamethoxazole adalah bakteriostatik. Dalam bentuk kombinasi, antibiotik ini berfungsi sebagai bakterisida. Cotrimoxazole bermanfaat untuk mengobati infeksi-infeksi oleh bakteri yang resisten sulfamethoxazole tapi masih peka terhadap trimethoprim.
Manfaat Sanprima Tablet
Kegunaan Sanprima tablet adalah untuk pengobatan infeksi-infeksi berikut:
- Infeksi saluran pernapasan: otitis media akut yang disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae atau Haemophilus influenzae. Eksaserbasi akut bronchitis kronis yang disebabkan oleh pneumoniae atau H. influenzae, sebagai obat alternatif jika obat golongan penicillin tidak dapat digunakan.
- Infeksi saluran pencernaan: sebagai pencegahan traveller diare yang disebabkan oleh bakteri E. coli, sebagai alternatif antibiotik golongan quinolon.
- Infeksi saluran kemih: yang disebabkan bakteri coli, Klebsiella, Enterobacter, Morganella morganii, Proteus mirabilis, atau P. vulgaris.
- Brucellosis dan kolera: obat ini adalah antibiotik alternatif untuk pengobatan brucellosis untuk pasien yang tidak bisa menggunakan tetracycline (misalnya anak-anak).
- Infeksi mikobakteri: infeksi kulit yang disebabkan oleh Mycobacterium marinum juga bisa menggunakan antibiotik ini.
- Pertusis: sebagai alternatif erythromycin.
- Demam tifus dan infeksi Salmonella lain: umumnya demam tifus diobati dengan antibiotik golongan quinolon atau cephalosporin generasi ketiga seperti ceftriaxone dan cefotaxime, namun cotrimoxazole sering digunakan sebagai alternatifnya.
Kontraindikasi
Sanprima tablet tidak boleh digunakan untuk orang-orang dengan kondisi berikut:
- Memiliki riwayat alergi terhadap trimethoprim dan sulfamethoxazole, atau obat-obat golongan sulfonamide lainnya).
- Pasien dengan gangguan hati dan ginjal yang berat.
- Wanita hamil terutama menjelang kelahiran dan anak < 2 tahun (kecuali untuk pengobatan atau pencegahan Pneumocytosis jiroveci (P. carinii) pada bayi dari usia 4 minggu atau lebih).
- Obat ini diketahui ikut keluar bersama air susu ibu, oleh karena itu pemakaian selama menyusui sebaiknya dikonsultasikan pada dokter.
Efek samping Sanprima tablet
Berikut adalah beberapa efek samping Sanprima tablet yang mungkin terjadi:
- Efek samping Sanprima tablet yang umum seperti mual, muntah, ruam, diare, demam, gatal, hingga nyeri otot dan sendi.
- Reaksi alergi yang parah bisa terjadi bagi orang-orang yang sensitif terhadap obat-obat golongan sulfonamide termasuk Sanprima tablet, seperti sindrom Stevens-Johnson, nekrolisis epidermal toksik, nekrosis hati fulminan, agranulositosis, anemia aplastik, dan diskrasia darah lainnya.
- Hati-hati terhadap kemungkinan super infeksi pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh pertumbuhan berlebihan jamur atau bakteri pada pencernaan.
- Obat ini bisa menyebabkan hemolisis pada pasien yang kekurangan enzim glukosa-6-fosfat dehidrogenase (enzim yang berperan dalam produksi sel darah merah), terutama jika diberikan pada dosis yang tinggi.
- Pada pasien lanjut usia, efek samping lebih rentan terjadi misalnya penekanan sumsum tulang dan penurunan trombosit (terutama jika obat ini diberikan bersamaan dengan diuretik jenis tiazid).
Dosis Sanprima tablet
Sanprima tablet diberikan dengan dosis berikut:
- Dewasa: 2 x sehari 2 tablet.
- Anak usia 5-12 tahun : 2 x sehari 1 tablet.
- Anak usia 1-5 tahun : 2 x sehari ½ tablet.
- Pada kondisi infeksi yang lebih berat, dosis dapat ditingkatkan.
Petunjuk penggunaan:
- Dosis minimum dewasa dan jangka panjang (> 14 hari) : 2 x sehari 1 tablet (trimethoprim 80 mg + sulfamethoxazole 400 mg)
- Minum air yang cukup untuk menghindari kristaluria.
- Pengobatan dilakukan paling sedikit 5 hari atau 2 hari setelah gejala hilang.
Interaksi Sanprima tablet
Potensi interaksi obat terjadi ketika digunakan bersamaan dengan obat lain, sehingga dapat mengubah cara kerja obat. Sebagai akibatnya, obat tidak dapat bekerja dengan maksimal atau bahkan menimbulkan racun yang membahayakan tubuh.
Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui obat apa saja yang sedang Anda konsumsi dan beri tahukan pada dokter. Jenis obat yang dapat berinteraksi dengan Sanprima tablet adalah:
- ACE inhibitor seperti captopril, enalapril, lisinopril, dan ace inhibitor: berpotensi terjadi hiperkalemia.
- Obat-obat antiaritmia: meningkatkan resiko aritmia ventrikel pada pasien yang menggunakan amiodarone. Sedangkan pemberian bersamaan dengan obat dofetilide terjadi peningkatan resiko perpanjangan Interval QT.
- Kalium aminobenzoate: menghambat efek obat-obat golongan sulfonamide (seperti sulfamethoxazole).
- Obat-obat golongan sulfonilurea: meningkatkan efek farmakologi Sanprima tablet.
- Sanprima tablet menghambat metabolisme phenytoin sehingga meningkatkan waktu paruhnya.
- Obat-obat diuretik terutama golongan tiazide: meningkatkan potensi terjadinya penurunan kadar trombosit, terutama untuk pasien usia lanjut.
- Antikoagulan: Sanprima tablet menghambat klirens obat-obat antikoagulan dan meningkatkan protrombin time (PT) sehingga meningkatkan efek obat-obat ini.
- Siklosporin: meningkatkan resiko kerusakan ginjal pada pasien penerima transplantasi ginjal
- Sanprima tablet meningkatkan kadar digoxin dalam plasma terutama pada pasien usia lanjut.
- Obat-obat antivirus seperti lamivudine dan zalcitabine: meningkatkan konsentrasi plasma obat antivirus
- Indomethacin: meningkatkan konsentrasi sulfamethoxazole dalam plasma.
- Anti dibetes oral, seperti glibenclamide: meningkatkan efek samping berupa hipoglikemia pada pemakaian obat antidiabetes
- Pyrimethamine: meningkatkan risiko efek samping anemia megaloblastik
- Rifampisin: meningkatkan kadar rifampisin dalam plasma sekaligus menurunkan kadar trimethoprim.
- Sanprima tablet menyebabkan peningkatan konsentrasi plasma procainamide dan amantadine sehingga meningkatkan toksisitasnya.
- Clozapine dan antipsikotik lainnya: risiko efek samping hematologis meningkat.
Perhatian
Hal-hal yang harus diperhatikan saat menggunakan Sanprima tablet adalah sebagai berikut:
- Sanprima tablet harus dihentikan jika tanda-tanda awal reaksi alergi seperti ruam, gatal, sakit tenggorokan, demam, arthralgia, pucat, atau tanda-tanda lainnya muncul, karena jika terjadi bisa berakibat fatal.
- Obat ini harus digunakan secara hati-hati pada pasien yang mempunyai penyakit asma bronkial.
- Orang-orang yang kekurangan folat seperti pasien lanjut usia, pecandu alkohol, sedang menggunakan obat anti konvulsan, atau oang-orang yng mengalami malnutrisi, jika menggunakan Sanprima tablet harus mendapatkan perhatian serius.
- Seperti antibiotik lainnya obat ini harus digunakan sampai dosis yang disarankan habis. Jangan menghentikan pemakaian sebelum waktunya untuk menghindari terjadinya resistensi.
- Pasien yang menggunakan antibiotik ini harus mengkonsumsi cukup cairan untuk mencegah kristaluria.
Toleransi Sanprima tablet terhadap kehamilan
FDA di Amerika Serikat (setara BPOM di Indonesia) menggolongkan cotrimoxazole ke dalam kategori D dengan penjelasan sebagai berikut:
Ada bukti positif mengenai risiko terhadap janin manusia sehingga tidak direkomendasikan untuk ibu hamil. Akan tetapi apabila besarnya manfaat yang diperoleh mungkin lebih besar dari risikonya, misalnya untuk mengatasi situasi yang mengancam jiwa, maka penggunaannya dapat dipertimbangkan.
Oleh sebab itu, penggunaan obat-obat yang mengandung cotrimoxazole oleh ibu hamil harus dikonsultasikan dengan dokter terlebih dahulu.
Artikel terkait: