Skizofrenia termasuk salah satu penyakit kejiwaan yang gejalanya sering terlewatkan. Di dalam lingkup masyarakat, kondisi ini sering disebut sebagai penyakit gila karena gejalanya berupa halusinasi. Namun, perlu diluruskan bahwa skizofrenia bukanlah penyakit kegilaan. Penasaran dengan seluk-beluk skizofrenia hingga ke cara mengobatinya? Mari simak ulasannya berikut ini.
Apa itu skizofrenia paranoid ?
Sebenarnya ada banyak tipe skizofrenia yang sudah diketahui. Namun pada pembahasan kali ini, kita akan membahas tentang skizofrenia paranoid.
Skizofrenia paranoid merupakan jenis skizofrenia yang paling sering terjadi. Skizofrenia adalah penyakit gangguan otak yang menyerang penderitanya dalam hal berpikir, merasakan, dan mempersepsikan lingkungan di sekitarnya. Sedangkan skizofrenia paranoid adalah gangguan psikotik dimana penderitanya cenderung memiliki waham dan halusinasi.
Mengenai skizofrenia
Penyebab
Penyebab Skizofrenia paranoid sampai saat ini belum dapat diketahui dengan pasti. Para ahli menduga bahwa kelainan saraf dan transmisi saraf pada otak serta gangguan sistem imun dapat menyebabkan skizofrenia.
Namun, skizofrenia juga dapat dipicu oleh faktor-faktor berikut ini:
- Genetik
- Infeksi virus saat masa kandungan
- Trauma fisik ataupun psikis di usia muda.
- Kekurangan oksigen saat proses persalinan.
Gejala
Tanda dan gejala skizofrenia paranoid adalah:
- Waham, adalah suatu keyakinan seseorang yang tidak sesuai dengan kenyataan, tapi masih dipercaya oleh penderitanya. Penderita juga tidak mampu merespons stimulus internal dan eksternal melalui proses interaksi atu informasi secara akuat.
Jenis waham yang dapat terjadi antara lain:
- Waham kendali, yaitu kepercayaan bahwa penderita sedang dikendalikan oleh suatu hal, seperti oleh alien, pemerintah, ataupun hal lainnya.
- Waham kejar, yaitu kepercayaan bahwa penderita sedang dikejar-kejar oleh seseorang atau banyak orang. Khusus skizofrenia paranoid, maka waham yang paling sering muncul adalah seperti dimata-matai orang asing, perasaan akan dibunuh atau diikuti orang lain, atau mencurigai pasangan berselingkuh.
- Waham rujukan, yaitu kepercayaan bahwa penderita memiliki suatu benda penting yang ditujukan khusus untuk dirinya.
- Waham kebesaran, yaitu kepercayaan bahwa penderita memiliki kemampuan luar biasa, posisi penting, atau kekayaan tidak terbatas.
- Halusinasi, adalah kondisi saat Anda merasakan sesuatu yang sebetulnya tidak nyata. Contohnya adalah seperti mendengarkan bisikan-bisikan yang sebenarnya tidak ada, melihat benda yang sebenarnya tidak ada, ataupun merasakan hal yang sebenarnya tidak ada.
- Gangguan perilaku. Penderita skizofrenia biasanya akan mengalami gangguan perilaku seperti cepat emosi, berpakaian tidak wajar, kesulitan saat beraktivitas, dan lain lain.
Gejala skizofrenia lainnya yang dapat diamati adalah tidak ada respon emosi, ekspresi wajah datar, tidak berinteraksi sosial, serta muncul perasaan ingin bunuh diri.
Pencegahan skizofrenia
Karena penyebab skizofrenia paranoid yang belum diketahui secara pasti, sampai saat ini pencegahan skizofrenia secara spesifik juga masih belum diketahui. Namun setidaknya, Anda dapat menurunkan risiko gejala skizofrenia dengan cara:
- Menerapkan pola hidup sehat, contohnya dengan memperbanyak makan buah dan sayur untuk menjaga daya tahan tubuh dari infeksi.
- Minum air putih, minimal 8 gelas atau setara dengan 2 liter air setiap hari.
- Hindari mengonsumsi obat-obatan terlarang dan alkohol.
- Kendalikan stres.
- Rutin berolahraga, setidaknya 3-4 kali seminggu dengan intensitas olahraga ringan sampai sedang. Lakukan selama 30–45 menit setiap kali olahraga untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
- Rutin memeriksakan diri ke dokter untuk memeriksakan kesehatan Anda secara menyeluruh.
Pengobatan skizofrenia
Skizofrenia paranoid merupakan penyakit kejiawan yang harus diperiksakan secara langsung ke dokter. Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi gejala skizofrenia paranoid di antaranya:
- Wawancara psikiatri oleh dokter spesialis kedokteran jiwa atau SP.KJ. Hal ini merupakan langkah penting untuk mendiagnosis penyebab dan gejala penyakit skizofrenia pada pasien.
- Pemeriksaan penunjang yang terkait. CT scan dapat dilakukan untuk melihat kelainan otak dan pembuluh darah otak, urine bila ada dugaan kecanduan obat-obatan, fungsi organ hati, jantung, ginjal, elektrolit, vitamin, sampai pemeriksaan kehamilan.
Pengobatan skizofrenia paranoid membutuhkan kerja sama yang baik dari pihak dokter, tenaga medis, keluarga, dan pasien itu sendiri. Pasalnya, pengobatan skizofrenia umumnya membutuhkan waktu yang panjang guna memantau gejalanya.
Pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi gejala skizofrenia berupa:
Obat antipsikotik
Obat antipsikotik terdiri dari 2 jenis, yaitu generasi pertama dan kedua. Berikut informasi lengkapnya.
- Generasi pertama (tipikal), contohnya chlorpromazine, haloperidol, dan fluphenazine. Obat-obatan tersebut dapat menimbulkan efek samping berupa mulut kering, kaku otot, tremor, gerakan repetitif, dan tidak terkontrol. Hentikan pengobatan dan konsultasikan kembali dengan dokter Anda bila mengalami keluhan keluhan tersebut.
- Generasi kedua (atipikal), seperti clozapine, asenapine, risperidone, quetiapine, dan olanzapine. Obat generasi kedua ini cenderung minim efek samping daripada obat generasi pertama.
Terapi kelompok
Terapi kelompok dilakukan dengan cara mengumpulkan pasien dari berbagai latar belakang dengan keluhan yang sama. Pasien-pasien tersebut diharapkan dapat saling terbuka dan meningkatkan interaksi satu sama lain.
Tujuan terapi kelompok adalah meningkatkan kehidupan sosial penderita. Diharapkan, penderita skizofrenia dapat menjalani kehidupan normal seperti pada umumnya dan tidak lagi terisolasi dari kehidupan luar.