Bertentangan dengan apa yang diyakini kebanyakan orang, stroke dapat terjadi pada anak-anak, bayi dan bayi yang belum lahir. Ada dua kategori usia untuk stroke pada anak:
- Perinatal, yang mencakup masa 18 minggu terakhir kehamilan hingga 30 hari pertama setelah kelahiran. Istilah lain untuk periode usia ini termasuk janin, prenatal dan in utero untuk periode sebelum kelahiran.
- Anak-anak, yang mencakup usia 1 bulan hingga 18 tahun
Stroke adalah salah satu dari sepuluh penyebab kematian utama bagi anak-anak. Sekitar 60% anak-anak yang selamat dari stroke, akan mengalami defisit neurologis permanen. Gangguan defisit neurologis yang paling umum adalah hemiparesis atau hemiplegia.
Hemiplegia / hemiparesis (kelumpuhan total atau parsial pada satu sisi tubuh) adalah salah satu gejala dari serebral palsy yang paling umum terjadi pada anak-anak yang lahir kurang bulan, dan stroke adalah penyebab utamanya.
Selain dapat berpotensi menyebabkan kematian, stroke dapat menyebabkan kecacatan jangka panjang seperti gangguan kognitif dan sensorik, epilepsi, gangguan bicara atau komunikasi, gangguan penglihatan, buruknya perhatian, masalah perilaku, dan kualitas hidup yang buruk.
Kondisi-kondisi tersebut, tentu akan mempengaruhi kualitas hidup seseorang saat beranjak dewasa.
Berikut sedikit penjelasan mengenai masalah jangka panjang yang dapat disebabkan oleh serangan stroke pada anak-anak.
- Serangan Stroke yang berulang
Seperti halnya stroke pada orang dewasa, stroke pada anak disebabkan oleh sumbatan pada pembuluh darah di otak. Kasus stroke akibat pendarahan di otak berkisar dari 6%- 35% . Sebuah penelitian mengungkapkan, tingkat rekurensi dalam 5 tahun dari seorang anak yang mengalami stroke mencapai 50% .
Kerusakan pada otak yang disebabkan oleh serangan stroke pada masa anak-anak dapat menyebabkan seorang anak mengalami epilepsi. Anak-anak dengan epilepsi yang disebabkan oleh stroke akan menyebabkan fungsi kognitif (kemampuan berpikir, memori dan belajar) dan kualitas hidup yang lebih buruk.
- Gangguan Saraf, gerakan, dan bicara
Setelah seorang anak mengalami serangan stroke, Sebuah penelitian berbasis populasi di Swiss menemukan hampir setengah dari anak-anak memiliki gangguan neurologis jangka panjang.
Gangguan fisik dan motorik biasanya terjadi setelah mengalami stroke pada masa kanak-kanak. Gangguan bahasa paling sering terjadi pada stroke hemisfer kiri, tetapi kondisi ini mungkin tergantung pada usia saat mengalami serangan stroke.
Kerusakan pada otak bagian belakang (posterior) dan usia yang lebih muda saat mengalami stroke berkaitan dengan gangguan bahasa yang lebih buruk
- Gangguan fungsi kognitif
Studi yang menyelidiki gangguan fungsi intelektual pada anak-anak setelah mengalami stroke, menemukan skor hasil kecerdasan anak-anak pasca stroke, cenderung condong ke bagian bawah rata-rata dan secara signifikan lebih rendah daripada anak-anak yang tidak mengalami stroke.
Beberapa studi lain juga melaporkan kelemahan dalam keterampilan kognitif yang kompleks, termasuk gangguan perhatian, fungsi eksekutif, keterampilan visual konstruktif, kecepatan pemrosesan, dan memori. Volume otak yang mengalami masalah, berhubungan dengan gangguan kognitif yang lebih buruk
- Gangguan Neurologis dan Kognitif setelah Stroke Hemoragik
Hemoragik stroke atau stroke akibat pendarahan biasanya kurang diperhatikan meskipun terhitung hampir setengah dari stroke masa kanak-kanak. Sekitar 25% hingga 52% anak-anak yang mengalami stroke akibat pendarahan memiliki prosepek yang buruk.
Sebuah studi di Belanda yang menggambarkan hasil jangka panjang pada 31 orang yang selamat dari hemoragik stroke masa kanak-kanak menemukan bahwa lebih dari setengahnya mengalami gangguan fisik dengan kelumpuhan atau ataksia serebelar (gangguan gerak).
- Dampak Stroke anak pada kualitas hidup
Pada semua penelitian menemukan bahwa anak-anak pasca stroke, mengalami penurunan tingkat kualitas hidup dalam berbagai aspek.
Tingkat keparahan gangguan neurologis, jenis kelamin (anak perempuan menilai kualitas hidup mereka lebih rendah daripada anak laki-laki), usia lebih muda saat mengalami stroke, fungsi kognitif, tingkat kepercayaan diri, dan faktor keluarga, berkaitan dengan kualitas hidup yang lebih buruk.
Penanganan Stroke pada anak
- Pencegahan Stroke Primer
Pencegahan primer bertujuan untuk mengurangi risiko stroke pada subjek tanpa gejala.
Pencegahan primer difokuskan pada mengidentifikasi dan mengelola faktor-faktor risiko vaskular yang diketahui, seperti hipertensi arteri, gangguan metabolisme lipid, dan diabetes mellitus, dan strategi non-obat dengan melakukan perubahan gaya hidup, termasuk berhenti merokok, membatasi konsumsi alkohol, mengurangi peningkatan berat badan, meningkatkan aktivitas fisik secara teratur, dan menjalani pola diet sehat dengan lebih banyak mengkonsumsi buah dan sayuran dan lebih sedikit mengkonsumsi garam.
- Pencegahan Stroke Sekunder
Untuk pencegahan stroke sekunder, yang bertujuan mengurangi resiko serangan stroke lain, Anda perlu mengidentifikasi mekanisme awal penyebab stroke dan adanya faktor risiko tambahan. Langkah ini dapat dilakukan dengan :
- Melakukan penanganan terhadap faktor risiko vaskular (hipertensi arteri, hiperlipidemia, diabetes mellitus, dan penyakit jantung).
- Pemberian terapi antiplatelet atau antikoagulan.
- Prosedur terapi bedah invasif atau endovaskular.
- Perubahan gaya hidup
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.