Menurut National Institutes of Health (NIH), stroke neonatal atau stroke yang terjadi pada bayi yang baru lahir adalah kondisi medis yang terjadi ketika pasokan darah bayi terganggu dalam 28 hari pertama kehidupan.
Jika bayi mengalami stroke dalam 7 hari pertama kehidupan, maka kondisi ini dikenal sebagai stroke perinatal.
Baik stroke perinatal dan stroke neonatal digambarkan sebagai kondisi di mana otak mengalami peristiwa hipoksia (kekurangan oksigen) dan penyumbatan pada pembuluh darah. Dokter memperkirakan bahwa sekitar 1 dari setiap 4.000 bayi mengalami stroke neonatal.
Apa penyebab Stroke pada bayi yang baru lahir?
Salah satu penyebab stroke neonatal adalah hipoksia, suatu peristiwa ketika kekurangan oksigen pada otak. Kesehatan ibu kadang-kadang dapat memengaruhi apakah seorang anak akan mengalami stroke neonatal, terutama jika dia memiliki kelainan seperti: kelainan autoimun, kelainan koagulasi, paparan kokain prenatal, infeksi, penyakit jantung bawaan, diabetes, dan trauma.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi stroke neonatal selama kehamilan meliputi: solusio plasenta, infeksi plasenta, dan korioamnionitis (infeksi pada plasenta / ari-ari).
Gangguan lain-lain yang mempengaruhi kesehatan ibu dan / atau bayi dapat berpotensi mengakibatkan stroke neonatal. Gangguan-gangguan tersebut meliputi: kelainan darah, homocysteine, dan gangguan lipid.
Stroke neonatal juga dapat disebabkan oleh infeksi ibu melalui infeksi yang mempengaruhi sistem saraf pusat atau infeksi sistemik lainnya. Namun, hingga saat ini penyebab utama stroke neonatal masih belum dapat diidentifikasi.
Bayi yang lahir dengan riwayat persalinan yang normal, masih memiliki kemungkinan mengalami stroke neonatal.
Apa gejala dari Stroke Neonatal?
Dalam beberapa kasus, tidak ada gejala khusus mengenai stroke neonatal. Seringkali bayi yang mengalami stroke tidak terdeteksi selama beberapa bulan. Seiring bertambahnya usia anak, gejala-gejala seperti kesulitan bicara, ketidakseimbangan, dan mati rasa di satu sisi tubuh mungkin muncul.
Gejala-gejala tersebut hampir tidak mungkin terdeteksi pada bayi yang baru lahir.
Dalam kasus lain, ada tanda dan gejala stroke neonatal yang jelas, meskipun mungkin juga sulit untuk dideteksi. Kejang adalah gejala paling umum dari stroke neonatal, namun ketika bayi baru lahir mengalami kejang, dokter mungkin tidak akan menduga bahwa bayi mengalami stroke.
Gejala yang perlu dicurigai sebagai stroke neonatal meliputi tatapan kosong,gerakan seperti mengayuh dengan kaki, sesak, gerakan menyentak yang melibatkan satu anggota badan atau seluruh tubuh.
Bagaimana cara mencegah terjadinya Stroke pada bayi baru lahir?
Kebanyakan kasus stroke pada bayi baru lahir, dimulai sejak dalam kehamilan, oleh karena itu, setiap tindakan pencegahan harus dilakukan untuk memastikan janin menerima aliran darah yang sehat saat dalam kandungan.
Ibu hamil harus mendapatkan kandungan nutrisi yang cukup, menahan diri dari merokok dan menghindari dehidrasi.
Jika seorang ibu hamil memiliki riwayat kelainan pembekuan darah dalam keluarga, ia harus menjalani pemeriksaan masalah genetik yang disebut Faktor V Leiden, yang dapat menyebabkan pembekuan pada bayi.
Setelah faktor V leiden dideteksi, dokter dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengelolanya.
Jika bayi memiliki terlalu banyak sel darah merah, yang dapat timbul jika ada masalah selama kehamilan atau persalinan, bayi yang baru lahir mungkin rentan mengalami pembekuan.
Stroke kadang-kadang dapat dicegah pada bayi baru lahir dengan pemberian transfusi darah pertukaran parsial di mana darah diencerkan dengan salin. Yang terakhir, serangan stroke dapat terjadi pada bayi yang mengalami dehidrasi. Oleh karena itu, pastikan bayi Anda tidak mengalami dehidrasi.
Penting bagi orang tua untuk waspada terhadap stroke pada periode awal kelahiran. Jika Anda berpikir ada sesuatu yang salah dengan bayi Anda, segera periksakan bayi Anda ke dokter.
Bagaimana cara mendiagnosis Stroke pada bayi baru lahir?
Terkadang stroke dapat didiagnosis saat bayi masih dalam kandungan. Umumnya, untuk mendiagnosa stroke pada bayi yang berada di dalam kandungan, dapat digunakan pemeriksaan fetal magnetic resonance imaging (MRI). MRI janin sangat efektif dalam mendeteksi stroke pada janin.
Pada beberapa janin, jika stroke sangat parah, dapat terdeteksi menggunakan pemeriksaan USG normal selama kehamilan. Setelah bayi lahir, pencitraan otak lebih lanjut dapat dilakukan untuk mengkonfirmasi diagnosis.
Bagaimana penanganan Stroke pada bayi baru lahir?
Walaupun stroke dapat didiagnosis selama kehamilan, janin tidak dapat benar-benar dirawat untuk kondisi ini sampai setelah mereka dilahirkan. Setelah bayi lahir, tidak mungkin untuk memulihkan kerusakan yang disebabkan oleh stroke.
Namun, kadang-kadang obat yang disebut antikoagulan dapat diberikan untuk mencegah sumbatan pembuluh darah akibat gumpalan memburuk. Obat antikoagulan dapat mengurangi kemampuan pembekuan darah. Jika bayi mengalami stroke iskemik, dan tidak ada bukti perdarahan di otak, obat antikoagulan dapat digunakan untuk menghentikan gumpalan agar tidak bertambah parah.
Penelitian telah menunjukkan bahwa penggunaan antikoagulan aman dalam pengobatan trombosis sinovenous tanpa perdarahan di otak. Hampir seperempat bayi baru lahir dengan jenis stroke ini yang tidak mendapatkan pengobatan antikoagulan akan mengalami pembekuan gumpalan darah.
Di sisi lain, bayi baru lahir yang mengalami stroke iskemik arteri umumnya tidak memerlukan antikoagulan kecuali ada gumpalan darah tambahan di jantung yang bisa naik ke otak.
Jika bayi mengalami stroke hemoragik, yang berarti ada perdarahan di otak, antikoagulan tidak boleh digunakan karena akan memperparah perdarahan.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.