HIV AIDS, mungkin begitu kamu mendengar kata ini akan langsung terlintas di pikiran kamu mengenai sebuah penyakit menakutkan yang berhubungan dengan seks dan pergaulan bebas.
Ya, HIV AIDS yang marak terjadi di sekitar kita jaman sekarang ini memang merupakan momok menakutkan bagi sebagian besar dari masyarat dunia ini karena dapat menyebabkan sebuah penyakit mematikan dan belum bisa disembuhkan yang kita sebut AIDS.
HIV dan AIDS sering dianggap sama oleh sebagian besar dari kamu, tapi tahukah kamu bahwa mereka berbeda.
HIV ialah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, merupakan suatu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dimana kekebalan tubuh menjadi rentan dan lemah, sehingga tidak dapat melawan infeksi dan penyakit.
Sedangkan AIDS ialah singkatan dari Acquired Immunodeficiency Syndrome yang artinya merupakan sekumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang lemah sehingga dapat mengancam nyawa yang disebabkan oleh virus HIV.
Secara mudah kamu bisa mengambil kesimpulan dimana HIV merupakan suatu nama virus sedangkan AIDS ialah nama penyakit yang dapat disebabkan oleh virus HIV tersebut.
Disini kita akan bahas lebih lanjut mengenai tahapan-tahapan gejala yang terjadi kepada penderita virus HIV yang menyebabkan penyakit AIDS
Virus HIV memang membutuhkan waktu sebelum virus benar-benar dapat menginfeksi ke dalam tubuh manusia dan menyebabkan penyakit AIDS.
Ada tiga tahapan yang biasanya dilalui oleh penderita virus HIV yakni tahap awal, tahap lanjutan dan tahap akhir. Gejala yang terjadi di setiap tahapan pun berbeda-beda.
Gejala Tahap Awal
-
Demam yang berulang-ulang.
Demam adalah respon tubuh pertama dalam melawan setiap infeksi atau invasi benda asing. Di tahap ini, penderita akan mengalami demam disertai flu selama 4 minggu pertama.
Kondisi ini disebut sindrom retroviral akut atau ARS atau infeksi primer. Biasanya demam akan disertai dengan kelelahan, sakit tenggorokan, pembengkakan kelenjar getah bening dan kecenderungan mual.
Selama demam berlanjut, virus bergerak jauh ke dalam aliran darah dan mulai mereplikasi (memperbanyak diri), mengganggu fungsi sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan reaksi peradangan.
-
Munculnya ruam kemerahan pada kulit
Bila virus sudah menyerang kekebalan tubuh si penderita, maka reaksi umum yang muncul ialah ruam kemerahan pada bagian kulit dan sulit menghilang.
Untuk kamu yang tiba-tiba muncul ruam kemerahan tanpa ada reaksi alergi atau overdosis obat, maka harus diwaspadai jangan-jangan ruam ini ialah salah satu tanda kamu terkena penyakit ini
-
Pembengkakan pada Kelenjar Getah Bening
Kelenjar getah bening ialah bagian dari sistem kekebalan tubuh sehingga organ ini seringkali terpengaruh ketika tubuh mengalami inflamasi atau infeksi, tak terkecuali pada penderita yang terserang virus HIV.
Demam yang disertai dengan pembengkakan kelenjar getah bening memang menjadi indikasi dari setiap masalah kesehatan lainnya.
Tapi apabila pembengkakan kelenjar getah bening di leher, selangkangan, atau di ketiak tidak kunjung pulih maka kamu juga harus mewaspadai adanya virus HIV.
-
Rasa Sakit Pada Persendian dan Otot
Pembengkakan kelenjar getah bening bersama dengan sakit otot dan nyeri sendi adalah gejala HIV lain yang menonjol.
-
Sakit Kepala Parah
Sakit kepala dengan demam dan nyeri sendi bisa menjadi gejala dari beberapa kondisi kesehatan lainnya tetapi juga umum terjadi pada infeksi HIV, bahkan di beberapa kasus bisa menyebabkan penderita tidak bisa bangun dan membuka matanya.
-
Diare & Penurunan Berat Badan
Umumnya penderita yang terserang virus ini juga bisa mengalami diare yang terus menerus, sehingga menyebabkan penurunan berat badan.
-
Terkena penyakit Pneumonia
Batuk, demam, penurunan berat badan dan sesak nafas yang merupakan tanda-tanda penyakit pneumonia bisa menjadi indikasi infeksi virus HIV. Pneumonia adalah kejadian yang sangat umum terjadi untuk para penderita virus HIV.
Gejala Tahap Lanjutan
Setelah gejala awal yang terjadi, maka di tahap lanjutan ini, penderita akan merasakan seperti sudah sembuh dari berbagai keluhan yang dideritanya dan tidak merasakan sakit apa-apa.
Namun tanpa disadari, di tahap lanjutan ini justru sebenarnya virus berkembang dan merusak sistem tubuh si penderita. Di periode ini, virus HIV akan berkembang biak secara aktif, menginfeksi serta membunuh sel-sel pada sistem kekebalan tubuh penderita.
Padahal sistem kekebalan tubuh amat sangat dibutuhkan seseorang dalam melawan bakteri, virus dan penyebab infeksi lainnya.
Sel-sel kekebalan tubuh yang diserang oleh virus HIV disebut sel CD4+ atau set T4. Di tahap lanjutan ini, perawatan dan pengobatan yang dilakukan berfungsi untuk mengendalikan pertumbuhan sel dan menjaga kerusakan organ.
Biasanya masa tahap lanjut bisa mencapai 10 tahun atau lebih tergantung dari kondisi penderita. Pada tahap ini penderita tetap bisa memiliki potensi menularkan HIV meskipun virus yang berkembang dalam tubuh jumlahnya sudah lebih kecil.
Gejala Tahap Akhir
Pada tahap akhir biasanya infeksi virus HIV sudah berkembang menjadi penyakit AIDS yang berarti bahwa tubuh sudah mengalami beberapa perubahan yang sangat besar untuk kesehatan dan menggerogoti sistem kekebalan tubuh.
Penderita yang sudah positif terkena penyakit AIDS ini akan rentan terhadap berbagai penyakit kanker seperti sarkoma kaposi, kanker leher rahim dan kanker limfoma (kanker yang menyerang sistem kekebalan tubuh). Umumnya penderita hanya memiliki waktu 2-3 tahun setelah dinyatakan positf AIDS.
Cara mudah mencegah Virus HIV yang menyebabkan penyakit AIDS
Virus HIV adalah jenis virus yang rapuh dan tidak bisa bertahan lama di luar tubuh manusia. Virus HIV bisa ditemukan di dalam cairan tubuh dari orang yang terinfeksi. Cairan yang dimaksud adalah cairan sperma, cairan vagina, cairan anus, darah, dan ASI.
HIV tidak bisa menyebar melalui keringat atau urine. Cara terbaik untuk mencegah HIV adalah dengan melakukan hubungan seks secara aman dan tidak bergonta-ganti pasangan, menghindari seks bebas, tidak pernah berbagi jarum dan peralatan menyuntik apa pun dan tidak mengkonsumsi narkoba.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.