Tenofovir adalah obat yang dapat digunakan untuk membantu mengendalikan infeksi HIV pada orang dewasa dan anak usia 2 tahun ke atas dengan berat badan minimal 10 kg. Obat ini mampu mengurangi jumlah virus HIV dalam tubuh, sehingga daya tahan tubuh pasien dapat bekerja lebih baik. Secara berkelanjutan, tenofovir akan menurunkan risiko komplikasi HIV, seperti kanker atau infeksi baru lainnya.
Tenofovir termasuk golongan obat nuclotide reverse transcriptase inhibitors (NRTI). Perlu ditekankan bahwa tenofovir bukanlah obat HIV. Obat ini hanya berfungsi untuk membantu menurunkan gejalanya saja, bukan menyembuhkannya secara tuntas.
Mengenai Tenofovir
Golongan
Resep dokter
Kemasan
Tablet
Kandungan
Tenofovir
Manfaat Tenofovir
Tenofovir bekerja dengan menghalangi kerja reverse transkriptase, enzim yang dibutuhkan virus untuk membuat salinannya sendiri. Akibatnya, virus tidak mampu berkembang sehingga jumlahnya akan berkurang dalam tubuh. Selain itu, tenofovir juga dapat meningkatan jumlah sel CD4, yaitu sel darah putih yang bertugas untuk melawan infeksi.
Tak hanya atasi virus HIV, manfaat tenofovir juga dapat membantu mengobati jenis infeksi hati tertentu, contohnya infeksi hepatitis B kronis. Berkat sifat antivirusnya, obat ini juga mampu menghambat pertumbuhan virus hepatitis B, sehingga jumlahnya berkurang dalam tubuh.
Kontraindikasi
- Anak usia < 2 tahun, atau berat badannya di bawah 10 kg
Efek samping Tenofovir
Sama seperti obat pada umumnya, penggunaan tenofovir dapat menimbulkan efek samping. Akan tetapi, reaksinya bisa jadi berbeda-beda, tergantung dari dosis obat, usia, dan daya tahan tubuh masing-masing orang.
Sejumlah efek samping tenofovir yang mungkin terjadi antara lain:
- Pusing;
- Diare;
- Sakit kepala;
- Susah tidur;
- Pengeroposan tulang;
Reaksi alergi yang serius cukup jarang terjadi. Namun, waspadai jika muncul gejala alergi parah (anafilaktik) seperti:
- Ruam;
- Gatal atau bengkak (terutama di wajah, lidah, atau tenggorokan);
- Pusing parah;
- Kesulitan bernapas.
Bila itu terjadi, segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Dosis Tenofovir
Dosis tenofovir bisa jadi berbeda-beda pada setiap orang. Hal ini tergantung dari usia, jenis kelamin, tingkat keparahan penyakit, dan kebutuhan masing-masing orang.
Secara umum, dosis tenofovir adalah 1 x sehari 300 mg, sebaiknya dikonsumsi bersama makanan. Tetap lanjutkan dosis sesuai anjuran dokter, meskipun Anda sudah merasa sehat.
Hindari menambahkan atau mengurangi dosis serta menggunakan obat dalam jangka panjang tanpa pengawasan dokter. Alih-alih menyembuhkan, tindakan demikian justru dapat meningkatkan risiko efek samping hingga membuat virus jadi kebal.
Jika Anda mengalami hepatitis B, gejalanya bisa bertambah buruk apabila Anda berhenti minum obat tenofovir. Oleh karena itu, konsultasikan lebih lanjut dengan dokter untuk melakukan pemeriksaan lab lanjutan, terutama jika gejala hepatitis B semakin memburuk.
Interaksi Tenofovir
Potensi interaksi obat terjadi ketika digunakan bersamaan dengan obat lain, sehingga dapat mengubah cara kerja obat. Sebagai akibatnya, obat tidak dapat bekerja dengan maksimal atau bahkan menimbulkan racun yang membahayakan tubuh.
Jenis obat yang dapat berinteraksi dengan tenofovir adalah:
- Adefovir;
- Orsilat;
- Antibiotik golongan aminoglikosida, seperti amikacin, gentamicin, dan tobramycin;
- Obat yang mengandung tenofovir;
- Obat antivirus lainnya, seperti cidofovir, acyclovir, valacyclovir, ganciclovir, dan valgancyclovir;
- Obat HIV lainnya, seperti atazanavir, darunavir, didanosine, lopinavir atau ritonavir;
- Obat NSAID, seperti diclofenac, ibuprofen, ketoprofen, naproxen, dan piroxicam.
Kemungkinan ada obat lain yang juga dapat bereaksi dengan tenofovir, tapi belum dicantumkan dalam daftar di atas. Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui obat apa saja yang sedang Anda konsumsi dan beri tahukan pada dokter.
Perhatian
Hal-hal yang harus diperhatikan selama menggunakan tenofovir adalah sebagai berikut:
- Beri tahukan dokter jika Anda memiliki riwayat alergi obat maupun penyakit tertentu, terutama gangguan ginjal, penyakit liver (seperti hepatitis C dan sirosis), gangguan tulang (osteoporosis atau patah tulang), pankreatitis, atau konsumsi alkohol;
- Sampaikan pada dokter jika Anda sedang mengonsumsi obat, suplemen, maupun herbal apa pun;
- Konsultasikan dulu dengan dokter sebelum menggunakan tenofovir saat hamil atau merencanakan kehamilan, maupun sedang menyusui;
- Jika Anda terkena HIV, hindari menyusui bayi Anda karena air susu ibu (ASI) dapat menularkan HIV pada bayi;
- Tenofovir dapat meningkatkan risiko pengeroposan tulang. Diskusikan lebih lanjut dengan dokter mengenai kebutuhan konsumsi suplemen kalsium maupun vitamin D guna mencegah efek samping tersebut;
- Hindari mengemudi atau mengoperasikan mesin berat setelah minum tenofovir, karena obat ini dapat menyebabkan kantuk;
- Guna mengurangi risiko penyebaran HIV, minumlah obat HIV secara rutin sesuai anjuran dokter, gunakan pengaman saat berhubungan seksual (dengan kondom atau dental dam), dan hindari berbagai barang pribadi (seperti jarum, alat suntik, sikat gigi, dan pisau cukur).
Artikel terkait: