Emboli air ketuban yaitu satu kondisi yang terjadi karena masuknya air ketuban ke dalam peredaran darah. Kondisi ini biasanya terjadi saat persalinan atau tidak berapa lama setelah persalinan terjadi.
Emboli air ketuban tidak bisa dipandang sebelah mata karena sangat berbahaya karena dapat mengakibatkan komplikasi dan juga mengancam nyawa ibu dan bayi.
Sebenarnya emboli air ketuban dapat dikatakan kasus yang cukup jarang terjadi, tapi apabila terjadi akan sangat sulit untuk dilakukan pencegahan, bahkan keadaan ini cukup sulit untuk dideteksi karena muncul secara mendadak dan tidak diketahui pasti apa penyebabnya.
Perhatikan tanda tandanya
Walau keadaan ini cukup sulit untuk dilakukan pencegahan, tapi ada tiga tanda umum yang bisa membantu mengenali keadaan emboli air ketuban, yaitu :
- Hipoksia, keadaan dimana badan mengalami kekurangan oksigen.
- Hipotensi, keadaan dimana badan mengalami tekanan darah rendah.
- Koagulopati, keadanaa dimana badan mengalami permasalahan pembekuan darah.
- Keadaan ini kemudian menimbulkan beberapa reaksi pada badan seperti mual dan muntah, kulit berubah warna menjadi kebiruan (sianosis), gagal nafas, tekanan darah turun drastis bahkan hingga serangan jantung, syok serta koma. Keadaan ini sagat berbahaya bagi ibu hamil karna dapat mengakibatkan kematian.
- Apabila saat akan melahirkan dan melihat kondisi seperti ini, Anda sudah seharusnya curiga dan segera meminta bantuan medis untuk menangani permasalahan ini.
Fase emboli air ketuban
Ada 2 fase emboli air ketuban yang harus diperhatikan :
Fase 1, dimana akan mengalami serangan jantung atau bisa juga mengalami gagal nafas.
Fase 2, mulai terjadi pendarahan yang terjadi di dekat plasenta ataupun sayatan luka operasi caesar.
Resiko yang akan terjadi
Tidak mudah untuk melakukan identifikasi faktor resiko emboli air ketuban, karena selain kasus ini cukup jarang terjadi, siapapun bisa mengalaminya tanpa ada yang pernah menduganya ataupun dicegah.
Walaupun demikian, ada beberapa hal yang bisa meningkatkan faktor resiko emboli air ketuban yang bisa diperhatikan.
- Ibu hamil yang sudah berusia diatas 35.
- Terjadi permasalahan pada plasenta.
- Mengalami preeklampsia.
- Mengalami kondisi air ketuban yang terlalu banyak atau berlebih (polihidramnion).
- Melahirkan menggunakan metode operasi caesar.
- Menggunakan induksi untuk memicu terjadinya persalinan.
- Menangani Emboli Air Ketuban
Saat terjadi kondisi emboli air ketuban diperlukan penanganan yang cepat, ini dikarenakan dapat memicu berbagai komplikasi yang membahayakan, seperti rusaknya jaringan dikarenakan kekurangan oksigen.
Metode penanganan yang sering dilakukan biasanya meliputi pemberian oksigen supaya pasien dapat bernafas dengan normal yang sekaligus untuk menjaga pasokan oksigen ke beberapa organ vital tubuh seperti paru, jantung & otak.
Apabila mengalami kondisi gagal nafas ataupun serangan jantung dokter akan melakukan tindakan resusitasi jantung paru untuk menyelamatkan nyawa pasien.
Setelah itu tim medis akan melakukan pemasangan peralatan dan sensor supaya dapat terus memantau keadaan tekanan darah, jantung dan paru. Apabila diperlukan dokter akan memberikan obat supaya tekanan darah dapat terus terkontrol serta memperlancar peredaran darah.
Kalau pasien membutuhkan perawatan yang lebih intensif, dokter akan memindahkan pasien ke ruang ICU selama berberapa waktu untuk memantau perkembangan.
Dokter juga akan melakukan pengawasan ketat terhadap perkembangan bayi. Biasanya bayi bakal ditempatkan di ruangan intensif, supaya dapat melakukan antisipasi kalau terdapat tanda-tanda gawat darurat pada bayi.
Keadaan ini cukup jarang terjadi, namun patut diwaspadai. Selalu lakukan pemeriksaan kandungan secara berkala supaya dapat melakukan deteksi dini terhadap apapun yang terjadi pada kandungan.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.