Waspadalah Gerakan Latihan yang Berpotensi Menyebabkan Cedera

Dipublish tanggal: Jul 12, 2019 Update terakhir: Nov 10, 2020 Waktu baca: 2 menit
Waspadalah Gerakan Latihan yang Berpotensi Menyebabkan Cedera

Setiap orang berharap dapat akan memiliki otot dan tubuh yang sehat setelah melakukan gerakan latihan. Namun, hati-hati, tidak semua gerakan latihan tersebut rupanya aman. Bahkan, ada gerakan tertentu yang berpotensi menyebabkan cedera saat latihan. 

Untuk itu, sebelum melakukan gerakan latihan tersebut, ketahui terlebih dulu gerakan apa saja yang berisiko menyebabkan cedera. Jika perlu, ketahui pula cara pencegahannya supaya selama berlatih tetap aman dan terhindar dari cedera.

Nah, berikut in merupakan beberapa gerakan yang bisa menimbulkan risiko cedera.

Bicycle Crunch

Ketika Anda hendak melakukan gerakan latihan bicycle crunch, sebaiknya berhati-hati karena berisiko menimbulkan cedera tulang belakang bagian leher. 

Apalagi, jika bicycle ini dilakukan dalam ritme yang cepat. Tak heran, seseorang kerap mengalami cedera usai melakukan bicycle crunch ata mengayuh sepeda.

Parahnya, cedera akibat gerakan bicycle crunch ini tidak hanya mengincar bagian belakang leher, melainkan kekakuan otot pada otot punggung bagian bawah hingga hernia tulang belakang

Hal ini diakibatkan oleh gerakan cepat bicycle crunch sehingga memberikan tekanan yang berlebihan pada tulang belakang bagian atas serta memengaruhi tulang belakang lumbar.

Untuk mencegah cedera saat latihan bicycle crunch, berikut ini upaya yang bisa Anda lakukan. Pertama, berbaringlah secara telentang dengan kaki menempel di dinding hingga membentuk sudut 90 derajat antara lutut dan pinggul. 

Kemudian, kencang otot perut Anda dan angkatlah kepala juga bahu dari lantai. Silangkan tangan Anda di atas dada untuk menghindari ketegangan di bagian leher. Terakhir, perlambat gerakannya.

Kettlebell Swing

Gerakan latihan lain yang sering memicu cedera yaitu kettlebell swing. Meski kettlebell swing merupakan salah satu latihan kekuatan yang paling digemari, rupanya perlu teknik yang tepat untuk benar-benar mendapatkan manfaat dari gerakan ini.

Salah satu persepsi masyarakat yang salah  terhadap gerakan ini adalah menganggap ayunan kettlebell swing berasal dari lengan. Padahal, sebenarnya seluruh tenaga ini berawal dari otot tubuh bagian bawah, termasuk paha bagian belakang dan otot bokong.

Apabila teknik ayun yang dilakukan salah dan dilakukan dengan kecepatan tinggi, besar kemungkinan risiko cedera akan terjadi pada bahu atau rotator cuff.

Maka dari itu, ada beberapa hal penting yang harus diingat bagi setiap orang yang hendak melakukan kettlebell swing, diantaranya fokus pada gerakan tubuh bagian bawah. 

Selain itu, ketika mengayun kettlebell ke depan, doronglah pnggu ke depan supaya lengan bergerak menjauh tubuh membawa beban secara alami.

Nah, disamping gerakan latihan yang salah bisa berpotensi mengakibatkan cedera, ada beberapa faktor lain yang menyebabkan cedera usai olahraga.

Tidak Melakukan Pemanasan

Ingat, baik pemanasan maupun pendinginan ini penting dilakukan supaya tubuh Anda tidak kaget ketika melakukan olahraga berat. 

Selain itu, pemanasan seperti jogging atau peregangan yang tidak dilakukan sebelum olahraga bisa menyebabkan otot tidak siap serta kurang responsif. Besar kemungkinan ketika berolahraga tanpa pemanasan, otot akan mudah tertarik sehingga terjadi cedera.

Berolahraga berlebihan

Setiap orang tahu bahwa olahraga membuat tubuh menjadi sehat. Namun, apabila dilakukan tanpa istirahat atau berlebihan akan menimbulkan cedera yang tidak disadari. 

Hal ini terjadi karena potensi tubuh mendapatkan cedera kronis meningkat dengan menaruh beban yang terus menerus hingga melebihi batas yang bisa diterima oleh tubuh. 

Bukannya sehat, usai berolahraga secara berlebihan ini malah akan mengakibatkan tubuh seseorang cedera. Oleh karena itu, batasilah waktu istirahat sewajarnya atau semampunya.


9 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app