Penyebab Depresi
Terdapat beberapa sebab depresi yang secara umum diketahui pasti oleh masyarakat, namun beberapa sebab lainnya dibangun dari kebiasaan sehari-hari yang tanpa Anda sadari menuntun Anda pada depresi. Berikut beberapa kebiasaan sehari-hari yang bisa bikin Anda depresi:
1. Anda mempunyai postur tubuh yang kurang baik
Postur tubuh yang buruk ternyata dapat mempengaruhi proses emosional seseorang. Sebuah penelitian di Jerman oleh beberapa psikolog di tahun 2014 mengajak 30 pasien untuk duduk dalam posisi tegak dan dalam posisi bermalas-malasan sambil membayangkan diri mereka secara visual saat kata demi kata yang berkaitan dengan depresi dan bernada positif bermunculan di depan layar komputer. Pasien lalu dialihkan dengan meminta mereka mengulangi kata-kata yang mereka lihat sekilas tadi. Orang-orang yang duduk dalam posisi tegak sanggup mengulangi kata-kata positif, sementara yang duduk dalam posisi malas kebanyakan mengulangi kata negatif. Karenanya, kapan pun Anda merasa lelah secara mental, tegakkan posisi duduk Anda agar mood kembali positif.
2. Kecanduan pada smartphone
Jaringan internet yang tanpa batas membuat Anda terhubung terus-menerus dengan smartphone sepanjang hari, memperbesar kemungkinan Anda mengalami depresi, gangguan kecemasan serta insomnia. Peneliti telah menemukan adanya hubungan antara depresi dan gangguan kecemasan dengan kondisi kecanduan smartphone atau penggunaan smartphone yang terlalu berlebihan.
3. Tidak minum kopi
Sedikit mengejutkan, namun orang-orang yang berisiko tinggi mengalami depresi terbukti tidak memiliki jejak konsumsi kafein di dalam tubuhnya. Mengonsumsi dua hingga tiga cangkir kopi per hari, menurut Archives of Internal Medicine di tahun 2011, membantu para wanita menjadi sedikit kebal terhadap depresi jika dibandingkan dengan mereka yang tidak mengonsumsi kafein setiap harinya.
4. Anda memiliki kebiasaan menunda
Sering menunda-nunda, baik itu waktu maupun pekerjaan, membuat Anda kehilangan banyak kesempatan penting serta tidak kunjung mencapai target yang Anda tentukan sendiri. Hal ini dapat mempengaruhi rasa percaya diri Anda dan mulai mempengaruhi kehidupan pekerjaan dan menambah level stres Anda. Jika Anda masih sering menunda-nunda pekerjaan, carilah cara untuk melawan dorongan untuk tidak menyelesaikan tugas Anda tepat pada waktunya agar Anda terhindar dari depresi.
5. Menghabiskan terlalu banyak di media sosial
Banyaknya platform media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram serta Snapchat membuat Anda terus-menerus terkoneksi dengan teman-teman Anda di dunia maya dan membatasi jumlah interaksi di dunia nyata. Sering i mengecek status kawan-kawan serta aktivitas mereka yang diposkan di media sosial hanya dapat meningkatkan kemungkinan munculnya perasaan cemburu, iri hati dan ketakutan akan ‘ketinggalan’ karena Anda tidak melakukan hal yang serupa dengan mereka. Bangunlah kebiasaan untuk menghindari media sosial saat Anda perlu mengisi kembali daya baterai smartphone Anda.
6. Anda sedang mempertahankan hubungan yang tidak sehat
Hubungan dengan teman, kolega, kekasih atau keluarga yang tidak sehat hanya akan menyebabkan munculnya emosi negatif dalam diri Anda. Pergilah menjauh dan menghentikan jalinan hubungan yang tidak sehat ini, terutama setiap kali Anda merasa energi Anda terbuang percuma setelah berinteraksi dengan orang-orang tersebut. Mempertahankan keberadaan mereka dalam hidup Anda dapat langsung mempengaruhi kesehatan mental dan emosional Anda, menyebabkan timbulnya depresi dan gangguan kecemasan.
7. Anda kurang berolahraga
Olahraga membuat tubuh mengeluarkan endorphin atau hormon yang membuat Anda merasa lebih baik. Endorfin sangat diperlukan tubuh untuk melawan gejala depresi dan gangguan kecemasan. Anda yang rutin melakukan olahraga terbukti tidak memiliki risiko mengalami depresi dibandingkan dengan Anda yang tidak berolahraga. Mulailah dengan berjalan atau jogging setiap harinya selama setidaknya 30 menit untuk menjaga kesehatan mental dan menjaga kesehatan fisik.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.