Ikan merupakan salah satu jenis makanan yang banyak disukai masyarakat. Selain lezat dan dapat diolah menjadi berbagai jenis hidangan, ikan juga memiliki manfaat bagi kesehatan tubuh.
Studi dari Harvard School of Public Health mengungkapkan bahwa konsumsi ikan sampai dua porsi seminggu dapat mengurangi risiko kematian akibat penyakit jantung.
Ikan memiliki kandungan asam lemak omega 3 yang telah dibuktikan dapat bermanfaat untuk jantung, vena, dan arteri dalam membentuk sistem kardiovaskular.
Meskipun ikan tergolong makanan yang kaya nutrisi, namun ada bahaya yang mengancam dari mengkonsumsi makanan laut. Biasanya, hal ini terjadi karena makanan yang mengandung polutan dan merkuri.
Hal ini menyebabkan dilema. Mengonsumsi makanan laut memang dianjurkan, namun tak luput juga dari ancaman bahaya mengkonsumsinya.
Apa itu Merkuri?
Merkuri merupakan cairan logam perak atau biasanya disebut dengan Hydrargyrum atau air raksa. Logam yang satu ini adalah logam yang ada secara alami, satu-satunya logam pada suhu kamar (25°C) berwujud cair.
Merkuri termasuk logam yang berwujud cairan yang dapat menghantarkan listrik. Dulu biasa ditemukan dalam termometer dengan simbol Hg. Merkuri yang berada pada kandungan air akan terbentuk menjadi methylmercury. Methylmercury ini diubah oleh bakteri dalam air.
Methylmercury diserap oleh ikan dari tempat mereka berenang dan makan. Methylmercury, kemudian diikat kuat oleh protein dalam otot ikan sehingga kandungan tersebut tetap berada dalam tubuh ikan, meski sudah dimasak.
Paparan merkuri dari ikan yang kita makan akan menimbulkan berbagai dampak buruk bagi tubuh kita. Selain berdampak bagi tubuh pengonsumsi, kandungan merkuri juga dapat mempengaruhi ASI pada ibu menyusui.
Methylmercury yang sudah terakumulasi dapat menjadi racun bagi sistem saraf yang selain dapat menyebabkan gangguan kesehatan juga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan bayi yang menyusui.
Kandungan merkuri pada ikan
Bisa dipastikan jika hampir semua ikan maupun sumber makanan laut lainnya sebenarnya memiliki kontaminasi merkuri. Bagi orang yang sehat, mengkonsumsi ikan laut atau seafood yang terkontaminasi merkuri tidak akan menimbulkan masalah.
Di Amerika, dilaporkan bahwa orang yang sering mengonsumsi ikan laut memiliki kadar merkuri dalam darah yang masih di kisaran aman, yaitu kurang dari 5,8 mcg per liter.
Jika mengkonsumsi ikan atau makanan laut yang terkontaminasi merkuri dalam jumlah yang banyak, maka merkuri tersebut akan terkumpul dalam darah.
Bahkan, sebuah penelitian pernah menyatakan bahwa orang yang mengkonsumsi sushi dua kali sehari dalam sepuluh tahun, dapat mengalami gejala mati rasa di bagian tubuh dan mengalami gangguan keseimbangan dan koordinasi.
Terdapat sebanyak 72 mcg per liter kadar merkuri di dalam darahnya. Angka tersebut lebih tinggi 12 kali dari ambang batas aman yang ditentukan.
Kelompok yang sebaiknya menghindari kandungan merkuri
Seperti dilaporkan dari Food and Drug Administration (FDA) dan Environmental Protection Agency (EPA), kelompok dibawah ini sebaiknya mengurangi konsumsi berbagai sumber makanan dari laut karena sangat rentan terkena dampak buruk merkuri, yaitu:
- Wanita hamil
- Wanita yang sedang menyusui
- Wanita yang berencana untuk hamil
- Bayi
Kelompok diatas dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi ikan yang mengandung merkuri tinggi dan hanya boleh mengonsumsi makanan laut yang rendah merkuri dalam hitungan kecil per hitungan minggu.
Tips mengkonsumsi seafood yang aman
Dikarenakan maraknya makanan laut yang mengandung merkuri tinggi, Anda harus lebih selektif dalam memilih hidangan yang akan dikonsumsi. Berikut adalah tips untuk mengkonsumsi seafood yang aman:
- Hindari konsumsi ikan hiu, ikan tuna bigeye, ikan makarel raja, ikan tuna sirip, ikan todak atau pedang karena umumnya mengandung merkuri tinggi. Terutama untuk kelompok yang rentan akan bahaya merkuri, tidak dianjurkan untuk mengonsumsi ikan-ikan tersebut.
- Konsumsi ikan maksimal satu porsi per minggu (170 gram). Untuk menghindari keracunan merkuri, sebaiknya mengkonsumsi ikan tidak lebih dari 170 gram per minggu. Jika Anda sudah mengkonsumsi satu jenis ikan sebanyak satu porsi dalam satu minggu, idealnya tidak mengkonsumsi makanan laut jenis lainnya di minggu yang sama.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.