Masalah bau mulut rentan dialami oleh orang-orang yang sedang berpuasa. Sebab saat berpuasa, mulut yang kering membuat tubuh sulit menetralkan kadar asam, sehingga menimbulkan bau tak sedap. Untuk mengatasinya, Anda bisa menggunakan obat kumur secara rutin setiap hari. Namun, bagaimana cara memilih obat kumur yang tepat saat puasa?
Manfaat pakai obat kumur
Selama ini, menyikat gigi dianggap lebih ampuh membersihkan mulut dari sisa-sisa makanan. Padahal, menyikat gigi saja ternyata tidak cukup, lho!
Selain menyikat gigi, Anda dianjurkan untuk menggunakan mouthwash alias obat kumur setiap hari. Tak hanya menjadikan napas lebih wangi dan segar, menggunakan obat kumur dipercaya lebih ampuh untuk membersihkan kuman dan plak yang tidak dapat dijangkau oleh sikat gigi. Obat kumur juga dapat mencegah terjadinya kerusakan pada gusi, atau yang sering disebut gingvitis.
Faktanya, menyikat gigi hanya mampu membersihkan 50% plak dan kotoran di dalam mulut. Bakteri dan sisa makanan yang tertinggal akan terus menumpuk pada gigi dan gusi, hingga memicu timbulnya plak. Kemunculan plak ini lambat laun akan membuat gusi dan rongga gigi mengalami peradangan.
Sedangkan jika dibarengi dengan menggunakan obat kumur, kombinasi keduanya akan membantu menuntaskan proses pembersihan gigi dan mulut secara menyeluruh.
Jenis obat kumur di pasaran
Sekarang ini, ada banyak jenis obat kumur yang dijual di pasaran. Hampir keseluruhannya mengandung zat antiseptik dan antibakteri yang diketahui dapat membantu menyegarkan napas sekaligus mencegah kerusakan kerusakan gigi.
Namun sebelum mulai memilih, Anda harus tahu dulu jenis-jenis obat kumur agar tak salah membelinya. Jenis-jenis obat kumur antara lain:
1. Obat kumur untuk terapi (treatment antiseptic)
Obat kumur untuk terapi mengandung bahan kimia yang cukup tinggi, karena umumnya bersifat bakteriostatik dan bakteriosida.
Bakteriostatik merupakan senyawa antibakteri yang menghambat pertumbuhan dan perkembangan bakteri. Sedangkan bakteriosida merupakan senyawa yang berperan untuk mencegah perkembangan bakteri.
Kedua sifat tersebut biasanya terdapat pada kandungan antiseptik pada perawatan gigi dan mulut yang cukup parah.
2. Obat kumur sehari-hari (daily treatment)
Obat kumur jenis ini mengandung bahan organik yang biasa digunakan sehari-hari. Sama seperti namanya, penggunaan obat kumur ini hanya untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut sehari-hari, tanpa bertujuan untuk menyembuhkan infeksi gigi dan mulut yang tergolong akut.
3. Obat kumur kosmetik
Obat kumur kosmetik adalah jenis obat kumur yang mengandung perasa dan busa. Jenis obat kumur ini biasanya digunakan untuk membuat aroma napas menjadi lebih segar dan harum serta mudah ditemukan di pasaran.
Bagaimana cara memilih obat kumur saat puasa?
Dari sekian banyak jenis obat kumur yang ada, Anda harus tetap cermat dalam memilih obat kumur, apalagi saat puasa. Hampir semua jenis obat kumur yang telah disebutkan tadi tampak memiliki fungsi yang sama, tapi sebetulnya ada beberapa perbedaan.
Pilihlah obat kumur yang sesuai dengan masalah gigi dan mulut yang Anda alami. Misalnya jika Anda memiliki masalah gigi akut, sebaiknya pilih jenis obat kumur yang mengandung antiseptik.
Kandungan antiseptik tersebut akan membantu menyembuhkan infeksi pada gigi atau mulut. Setelah itu, Anda bisa lanjut menggunakan obat kumur jenis daily treatment untuk pemakaian sehari-hari.
Yang membedakan hanyalah waktu pemakaian obat kumur. Saat puasa, Anda tentu tidak boleh makan atau minum dari selesai sahur sampai tiba waktu berbuka. Lalu, kapan harus menggunakan obat kumur?
Nah, waktu yang tepat untuk menggunakan obat kumur saat puasa adalah 2 kali sehari, yaitu pagi hari setelah sahur dan malam hari sebelum tidur. Gunakan obat kumur sebanyak 15-20 cc, lalu kumur-kumur selama 30 detik sebelum dikeluarkan dari mulut.
Dengan pemakaian yang rutin, hal ini akan membantu mengurangi bau napas tak sedap saat berpuasa. Yang terpenting lagi, kesehatan gigi dan mulut Anda akan terus terjaga sepanjang hari.
Baca Selengkapnya: Panduan Pakai Obat Kumur yang Benar dan Efektif
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.