Ganja atau marijuana ialah tanaman yang termasuk dalam golongan Cannabis sativa. Ganja memiliki bentuk daun yang mirip dengan daun singkong, yang berbentuk seperti jari. Ganja sendiri umumnya didapatkan dari daun, bunga, akar bahkan biji yang dikeringkan dari tanaman Cannabis ini.
Ganja juga termasuk salah satu jenis dedaunan yang tumbuh subur pada iklim tropis, seperti Indonesia. Ganja sendiri merupakan suatu zat psikotropika yang bersifat adiktif (zat yang menimbulkan ketergantungan bagi pemakainya).
Di Indonesia, penggunaan ganja sangat dilarang, walaupun di beberapa negara maju seperti Belanda, ganja sudah dilegalkan, dan dapat dibuat sebagai pengobatan. Ganja biasa dikonsumsi sebagai bahan untuk menghisap. Sebelum dapat dihisap, ganja harus dikeringkan terlebih dahulu, lalu diolah, dengan pemrosesan yang mirip seperti membuat rokok.
Cara penggunaan ganjapun juga bermacam-macam, bisa dilinting menjadi rokok, menggunakan bong, hingga menggunakan vaporizer. Ganja juga dapat dicampur ke dalam makanan seperti brownies, cookies, permen, atau bahkan diseduh seperti teh.
Ganja sendiri tentunya memiliki banyak efek dan dampak negatif bagi penggunanya. Efek dari pemakaian ganja sendiri ada yang langsung muncul sesaat setelah menghisap barang haram tersebut atau bahkan ada yang lama tertinggal dalam tubuh si pemakai.
Kemampuan efek ganja bertahan di dalam tubuh dipengaruhi oleh banyaknya jumlah ganja yang dikonsumsi, frekuensi pemakaian ganja dan metode pemakaian ganja baik dihisap menggunakan rokok atau ditelan.
Di sini kita akan membahas lebih lanjut mengenai beberapa efek singkat dan efek jangka panjang yang akan tertinggal di tubuh si pemakai dari mengkonsumsi ganja tersebut.
Efek jangka pendek pemakaian ganja
Efek-efek langsung dari penggunaan ganja awalnya tentu akan memberikan perasaan yang “enak & nyaman” bagi si pemakai dan efek inilah yang akan menimbulkan rasa ingin kembali memakai dan menghisap ganja di kemudian hari. Adapun beberapa efek-efek tersebut ialah:
Merasa terbang dan ‘fly‘
Dengan konsumsi ganja, para pecandu biasanya akan merasa ringan dan fly, seolah-olah segala beban hidup yang dirasakan dapat hilang dan lenyap begitu saja. Kondisi ini tentunya sangat membahayakan, karena akan menimbulkan efek adiktif (ketagihan) bagi si pemakai.
Mengalami delusi dan halusinasi
halusinasi merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu penglihatan , mendengar, mencium, atau merasakan akan suatu objek yang seharusnya tidak ada atau tidak muncul. Delusi merupakan keyakinan kuat yang salah dan tidak dapat dipatahkan. Hal ini merupakan salah satu gejala dari pasien gangguan jiwa psikosa, yang ternyata juga dapat terjadi pada pasien yang kecanduan ganja.
Depresi
Fase depresi yang berlebihan akan muncul ketika pemakai ganja sudah selesai nge ‘fly’. Ketika kondisi fly tersebut hilang, maka akan muncul fase depresi yang berlebihan, sehingga pada akhirnya pemakai yang sudah kecanduan akan berusaha mencari barang haram tersebut itu lagi untuk menghilangkan depresi. Hal ini akan terjadi secara terus menerus dengan siklus yang sama, yang membuat pemakai terus menerus mencari ganja.
Efek jangka panjang pemakaian ganja
Ganja dikenal memiliki kandungan zat aktif delta-9-tetrahidrocabinol (THC) dengan kekuatan menengah yang efeknya dapat bertahan di dalam tubuh manusia lebih lama dibandingkan dengan zat narkotika lainnya. Hal ini disebabkan ganja termasuk golongan lipophilic yang memiliki sifat larut dalam lemak dan bertahan di dalam lapisan lemak setelah masuk ke dalam tubuh.
Menurut studi ilmiah bahan-bahan aktif dalam THC akan menetap dalam tubuh selama berminggu-minggu atau lebih lama lagi. Adapun beberapa efek jangka panjang yang akan dirasakan oleh pecandu ganja ialah:
Kerusakan Paru-Paru
Asap marijuana mengandung 50% sampai 70% bahan yang menyebabkan kanker dibandingkan dengan asap tembakau. Studi penelitian melaporkan bahwa sebatang rokok berisi ganja dapat menyebabkan kerusakan pada paru-paru seperti mengkonsumsi lima batang rokok yang dihisap secara beruntun. Penghisap ganja jangka panjang sering menderita bronkitis dan peradangan di saluran pernapasan.
Kelainan pada Struktur Otak
Penggunaan ganja dapat menyebabkan perubahan struktur pada hipokampus, amygdala, nucleus accumbens,dan prefrontal cortex pada otak. Semakin sering dan banyak jumlah ganja yang dikonsumsi ,maka akan semakin tampak perubahan yang signifikan. Padahal, bagian otak tersebut penting dalam mempengaruhi cara kamu menilai hal positif dan negatif di lingkungan serta bagaimana kamu mengambil keputusan atas hal tersebut. Pemakai ganja yang sedang dalam proses menuju kecanduan akan mengalami perubahan struktur dan pembentukan koneksi-koneksi baru di otak yang berhubungan dengan kecanduan
Mengganggu Kesuburan dan Kehamilan
Ganja terbukti secara ilmiah dapat mengubah susunan sel sperma dan merusaknya. Dengan demikian ganja dalam takaran kecil sekalipun dapat menyebabkan kemandulan sementara pada pria. Penggunaan ganja bagi wanita juga dapat mengganggu siklus menstruasi. Penelitian juga menunjukkan bahwa penggunaan narkoba saat hamil akan menyebabkan kelainan sejak lahir, kondisi mental yang abnormal dan meningkatnya risiko kanker darah putih pada anak-anak. Kandungan THC pada ganja akan mengganggu sistem saraf dalam otak yang akan mengganggu ingatan.
Ganja ialah salah satu di antara sedikit narkoba yang menyebabkan pembelahan sel yang abnormal, yang kemudian akan menyebabkan cacat keturunan yang parah. Seorang wanita hamil yang secara teratur menghisap ganja sangat memungkinkan untuk melahirkan bayinya secara prematur dengan ukuran dan bobot tubuh yang kecil.
Selama sepuluh tahun terakhir, banyak keturunan dari para pengguna ganja lahir dengan inisiatif dan kemampuan konsentrasi yang rendah serta kurang berhasrat memenuhi cita-cita hidupnya. Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan ganja prakelahiran (sebelum lahir) dapat mengakibatkan cacat lahir, ketidak-normalan mental dan meningkatnya risiko menderita penyakit leukimia pada anak-anak.
Gangguan Jiwa
Waktu yang diperlukan untuk menghilangkan efek-efek negatif ganja di tubuh si pemakai, tentunya berbeda-beda dan sangat tergantung dari jangka waktu pemakaian dan jumlah ganja yang dikonsumsi. Semakin banyak dan semakin lama mengonsumsi ganja, maka akan semakin lama pula ganja menghilang dari tubuh. Begitu pula sebaliknya.
Umumnya ganja masih bisa terdeteksi dalam bagian tubuh seseorang
- urin antara 30-45hari setelah terakhir pemakaian.
- darah, ganja dapat bertahan hingga 60-75hari
- rambut dapat bertahan hingga 90 hari setelah pemakaian terakhir.
Meski efek ganja dapat memberikan rasa senang bagi pemakainya, namun berbanding terbalik dengan dampak yang akan dirasakan oleh tubuh kamu. Pemakaian ganja dalam jangka waktu yang lama dapat menurunkan kemampuan kognisi untuk berpikir bahkan meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa dan merusak tubuh kamu.
Maka dengan itu, jauhilah segala jenis narkoba termasuk ganja. Sayangilah tubuhmu dan masa depanmu. Karena apa yang memberi kamu kesenangan sesaat tidak akan berbuah baik bagi kesehatan tubuh dan masa depanmu.
Editorial note: Konten ini adalah konten edukasi. Honestdocs tidak menjual narkotika, obat-obatan psikotropika, rokok (konvensional maupun elektrik), dan vape.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.