Setiap orang pasti pernah mendapatkan imunisasi DPT pada saat masih berada dalam usia balita. DPT merupakan singkatan dari difteri, pertusis, dan tetanus. Imunisasi ini adaah salah satu vaksinisasi yang wajib diberikan kepada balita.
Penyakit difteri, pertusis, dan tetanus merupakan tiga penyakit berbeda dan masing-masing memiliki risiko yang tinggi apabila dialami seseorang, bahkan dapat menyebabkan kematian. Ketiga penyakit yang cukup berbahaya ini disebabkan oleh bakteri.
Oleh sebab itu, pemberian imunisasi DPT merupakan hal penting yang perlu dilakukan agar balita terhindar berbagai kemungkinan buruk yang dapat mengancam kesehatannya.
Penyakit yang dapat dicegah
Mengetahui informasi mengenai imunisasi sebelum melakukannya merupakan hal yang penting bagi orang tua agar mengetahui apa saja manfaatnya dan efek samping yang mungkin ditimbulkan oleh imunisasi DPT.
Difteri merupakan penyakit yang terjadi akibat adanya infeksi bakteri yang menyerang selaput lendir pada hidung serta tenggorokan. Saat menginfeksi selaput lendir, difteri akan membentuk lapisan tebal yang berwarna abu-abu pada tenggorokan sehingga dapat mengakibatkan anak susah makan dan bernapas.
Jika infeksi yang terjadi tida segera ditangani, maka racun yang diproduksi oleh bakteri dapat menyebabkan kerusakan pada saraf, ginjal, dan jantung.
Difteri juga merupakan penyakit yang mewabah pada tahun 2017. Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, pada tahun 2017 terdapat 954 kasus penyakit difteri yang dilaporkan dari seluruh provinsi, dengan angka kematian yang mencapai 44 kasus di seluruh Indonesia.
Selain difteri, penyakit lain yang ingin dicegah dengan pemberian imunisasi DPT adalah pertusis. Penyakit pertusis lebih dikenal dengan sebutan batuk rejan, yang merupakan penyakit akibat infeksi bakteri yang mengganggu sistem pernapasan dan menyebabkan batuk parah.
Apabila batuk rejan menyerang anak berusia di bawah satu tahun, maka ada kemungkinan anak akan mengalami pneumonia, kerusakan otak, kejang, bahkan kematian.
Penyakit terakhir yang ingin dicegah dengan imunisasi DPT adalah tetanus. Penyakit ini dapat menyebabkan otot mengalami rasa kaku yang parah, kelumpuhan, dan kejang otot. Tetanus merupakan penyakit yang juga disebabkan oleh bakteri.
Penyakit tetanus bukanlah penyakit menular seperti difteri dan pertusis, namun terjadi akibat luka yang kotor dan terkena tanah.
Pemberian imunisasi DPT
Pada anak-anak, imunisasi DPT diberikan sebanyak lima kali, sejak anak menginjak usia 2 bulan hingga 6 tahun. Tiga pemberian imunisasi pertama akan diberikan pada usia 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan.
Setelah itu, pemberian imunisasi yang ke-4 dilakukan saat anak berusia 18 bulan, dan pemberian yang ke-5 dilakukan ketika anak sudah berusia 5 tahun. Dosis yang diberikan setiap saat anak mengikuti jadwal imunisasi adalah satu kali suntikan.
Selanjutnya, setelah semua 5 tahap pemberian imunisasi selesai, orang tua dianjurkan untuk membawa anak melakukan booster Tdap (imunisasi ulang Tetanus Difteri dan Pertusis) tiap 10 tahun sekali.
Sebelum pemberian imunisasi dilakukan, ada baiknya orang tua memperhatikan kondisi anak terlebih dahulu. Apabila anak mengalami sakit para ketika jadwal imunisasi DPT tiba, dianjurkan untuk menunggu hingga kondisi anak benar-benar pulih baru melakukan imunisasi.
Hindari pemberian imunisasi lanjutan apabila anak Anda mengalami:
- Gangguan yang terjadi pada sistem saraf atau otak, dalam waktu 7 hari setelah mendapatkan suntikan imunisasi.
- Reaksi alergi berat yang dapat mengancam nyawa setelah imunisasi dilakukan.
Anak perlu segera mendapatkan penanganan yang tepat dari dokter setelah menjalani imunisasi apabila anak Anda mengalami beberapa kondisi di bawah ini, seperti:
- Demam di atas 40 derajat Celcius.
- Anak terus menangis setidaknya dalam waktu 3 jam.
- Anak mengalami kejang atau pingsan.
Efek samping imunisasi DPT
Beberapa efek samping dari pemberian imunisasi DPT yang mungkin muncul setelah imunisasi dilakukan, antara lain:
- Demam ringan
- Bagian tubuh yang telah disuntik mengalami pembengkakan.
- Kulit pada bagian suntika berubah kemerahan dan timbul rasa sakit.
- Anak tampak lelah.
- Anak menjadi rewel.
Efek samping dari pemberian imunisasi DPT di atas biasanya berlangsung selama satu hingga tiga hari. Untuk meredakan demam dan rasa nyeri pada anak, Anda bisa memberikannya obat paracetamol.
Jangan menggunakan obat dengan kandungan aspirin, karena dapat membuat kesehatan anak terganggu dan mengancam nyawa anak, yaitu kerusakan hati dan otak. Meskipun jarang terjadi, imunisasi DPT dapat menyebabkan gangguan pada otak.
Pemberian imunisasi yang lengkap pada anak telah memberikan perlindungan pada anak agar tehindar dari beberapa penyakit berbahaya. Selalu ingat jadwal imunisasi anak dan segera berkonsultasi dengan dokte apabila setelah imunisasi anak menunjukkan gejala-gejala yang mengkhawatirkan.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.