Kekerasan seksual terhadap anak di Indonesia kian memprihatinkan. Tidak hanya mengganggu ketenteraman masyarakat, perilaku tersebut juga menimbulkan rasa trauma berkepanjangan dan merusak tumbuh kembang anak. Karena sanksi pidana yang dijatuhkan pada pelaku seakan tidak memberikan efek jera, kebiri kimia dicetuskan diberlakukan.
Apa itu kebiri kimia?
Kebiri kimia termasuk salah satu hukuman yang dianggap paling cocok untuk pelaku kekerasan seksual terhadap anak di Indonesia. Hal ini dimuat dalam Perppu No. 1 Tahun 2016 tentang Perlindungan anak, terutama pada pasal 81 tentang sanksi terhadap pelaku pemerkosaan dan pasal 82 tentang sanksi terhadap pelaku pencabulan.
Kebiri kimia adalah salah satu cara untuk menekan jumlah pelaku kekerasan seksual dengan memasukkan obat kimia ke dalam tubuh. Beda dengan kebiri konvensional yang dilakukan dengan pemotongan alat kelamin, kebiri kimia dilakukan dengan menyuntikkan obat penurun kadar testosteron.
Hormon testosteron adalah hormon seks pria yang berfungsi untuk mendorong hasrat seksual alias libido. Jika jumlahnya ditekan, maka dorongan seksual pria akan rendah dan diharapkan mampu menekan perilaku menyimpang pada predator seks di luar sana.
Baca Selengkapnya: 4 Fungsi Testosteron dan Cara Meningkatkannya
Selain kebiri kimia, Perppu dibuat oleh pemerintah untuk memberikan hukuman tambahan bagi pelaku kejahatan seksual terhadap anak, di antaranya:
- Hukuman mati, hukuman seumur hidup, atau pidana minimal 10 tahun dan maksimal 20 tahun jika korban lebih dari 1 orang, menyebabkan luka berat, gangguan jiwa, penyakit menular, terganggu atau hilangnya reproduksi, dan/atau korban meninggal dunia.
- Pengumuman identitas pelaku.
- Kebiri kimia dan pemasangan pendeteksi elektronik.
- Pemberian alat pendeteksi elektronik (chip) terhadap pelaku untuk mengetahui keberadaan mantan narapidana. Tujuannya agar mudah dilakukan kebiri kimia dan mengetahui keberadaan mantan narapidana tersebut.
Prosedur kebiri kimia
Sejumlah penelitian melaporkan bahwa pelaku kekerasan seksual memiliki kadar testosteron lebih tinggi daripada yang tidak. Tingginya kadar testosteron diketahui berhubungan dengan tingkat keparahan agresi seksual seseorang.
Kebiri kimia adalah prosedur ketika seseorang akan kehilangan fungsi testisnya melalui pengaruh obat kimiawi, sehingga mereka akan kehilangan hasrat seksual. Proses ini biasanya menggunakan obat kanker prostat, medroksiprogesteron asetat, siproteron asetat, hingga obat agonis LHRH (luteinizing hormone releasing hormone).
Berbagai jenis obat tersebut dapat mengurangi testosteron ke tingkat yang sangat rendah. Semakin rendah hormon testosteron dalam tubuh, maka libido alias dorongan seksual juga akan semakin rendah dan menurunkan kemampuan seseorang untuk terangsang secara seksual.
Obat untuk kebiri kimia bersifat reversibel, artinya perilaku kemungkinan bisa kembali setelah efeknya habis. Oleh karena itu, dibutuhkan pemberian obat secara berkala agar hasilnya konsisten.
Pro dan kontra kebiri kimia di Indonesia
Meskipun dianggap sebagai solusi terbaik untuk memberikan efek jera terhadap pelaku kekerasan seksual pada anak, pemberlakukan kebiri kimia masih menimbulkan pro dan kontra di masyarakat.
Pro kebiri kimia
1. Aman dan efektif menurunkan libido
Obat-obatan yang digunakan untuk kebiri kimia efektif dapat menurunkan kadar testosteron yang diproduksi oleh testis. Obat tersebut juga dapat menekan dorongan seksual tanpa menghilangkan kemampuan seseorang untuk berhubungan seks.
Ya, pria yang dikebiri secara kimia masih bisa melakukan hubungan seks layaknya pria normal lainnya.Hanya saja, keinginan untuk berhubungan intim secara sering tak lagi muncul.
Baca Selengkapnya: Kebiasaan Sehari-hari Bisa Merusak Libido
2. Menurunkan tingkat residivisme (pengulangan perbuatan tercela)
Kebanyakan studi menunjukkan bahwa pengebirian secara kimia berdampak positif terhadap penurunan tingkat kekambuhan kejahatan seksual. Beberapa penelitian melaporkan bahwa kebiri kimia dapat menurunkan kekambuhan perilaku hingga tersisa 2%, daripada tanpa proses kimiawi yakni 40%.
Kontra kebiri kimia
1. Berdampak negatif pada kesehatan
Obat-obatan seperti medroksiprogesteron asetat, siproteron asetat, dan agonis LHRH tidak hanya menurunkan testosteron serum, tapi juga estrogen. Meski lebih dikenal sebagai hormon seks wanita, estrogen juga berperan penting untuk mengoptimalkan pematangan tulang, fungsi otak, dan sistem kardiovaskular pada pria.
Hal inilah yang menimbulkan sejumlah efek samping kebiri kimia pada pria, mulai dari osteoporosis, penyakit kardiovaskular, hingga gangguan metabolisme glukosa dan lipid. Pria juga dapat mengalami anemia, hot flashes (sering kepanasan), depresi, hingga mandul setelah dikebiri secara kimiawi.
2. Dianggap melanggar hak asasi manusia
Meskipun dianggap ampuh menurunkan angka kejadian perilaku kekerasan seksual di masyarakat, kebiri kimia masih menimbulkan kontra di masyarakat. Dari sisi penentang, kebiri kimia disebut-sebut melanggar hak asasi manusia. Apalagi jika dilakukan tanpa persetujuan pelaku itu sendiri.
Namun, beberapa pelaku lainnya justru sukarela memilih untuk dikebiri secara kimia daripada harus menjalani hukuman pidana tanpa batas.
Baca Juga: Jenis Pemerkosaan dan Dampak Fisik dan Mental Bagi Korban
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.