Keguguran adalah berakhirnya kehamilan sebelum usianya mencapai 20 minggu. Dalam istilah medis keguguran seperti ini disebut dengan abortus spontan artinya keguguran yang tanpa dilakukan intervensi medis tertentu.
Tentu keguguran ini menjadi sebuah momok yang begitu ditakuti oleh setiap ibu hamil, apalagi yang sangat mengharapkan kehadiran sang buah hati. Untuk itu sangatlah penting mengetahui penyebab keguguran, tanda-tanda atau ciri-cirinya serta bagaimana mencegahnya.
Keguguran termasuk ancaman pada kehamilan yang cukup sering terjadi. Pada sebuah penelitian setiap 10 kehamilan, 1 sampai 2 diantaranya berakhir dengan keguguran. Keguguran paling kerap terjadi pada hamil muda, di mana 8 dari 10 kasus keguguran terjadi pada usia kehamilan tiga bulan pertama atau disebut trimester pertama.
Apa saja penyebab keguguran kandungan?
Ada banyak alasan kenapa keguguran bisa terjadi, meskipun penyebabnya sering tidak teridentifikasi. Secara lebih khusus penyebab terjadinya keguguran dapat disesuaikan dengan usia kehamilan kapan keguguran terjadi.
Penyebab keguguran hamil muda atau trimester pertama kehamilan (tiga bulan pertama), biasanya karena masalah pada janin. Jika keguguran terjadi selama trimester kedua kehamilan (antara minggu 14 dan 26 minggu), mungkin disebabkan oleh masalah kesehatan pada ibu.
Penyebab keguguran hamil muda (trimester pertama)
Keguguran paling banyak terjadi pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu yang disebabkan oleh
- Masalah Kromosom. Ini adalah penyebab tersering keguguran pada hamil muda. Kromosom adalah blok DNA yang berisi satu set instruksi rinci yang mengontrol berbagai faktor, mulai dari bagaimana sel-sel tubuh berkembang menentukan warna mata, rambut, dan seluruh anggota tubuh. Pada suatu ketika kromosom yang terbentuk tidak sempurna sehingga tidak memungkinkan terjadinya pertumbuhan janin sehingga keguguran terjadi.
- Masalah plasenta. Plasenta merupakan jaringan yang menghubungkan suplai darah dari ibu ke janinnya. Jika suatu masalah terjadi pada perkembangan plasenta, maka janin juga tidak dapat tumbuh dengan baik sehingga ini dapat menyebabkan keguguran.
- Usia ibu. Ibu hamil yang berusia di bawah 30 tahun, keguguran terjadi pada 1:10 kehamilan, Wanita berusia 35-39 tahun keguguran terjadi 2:10 kehamilan, dan ibu hamil di atas 45 tahun, lebih dari setengah dari semua kehamilan akan berakhir dengan keguguran.
- Makanan Penyebab Keguguran. Minum lebih dari 300mg kafein per hari, konsumsi alkohol berlebihan, makanan yang tidak dicuci atau dimasak dengan sempurna. Lebih lanjut silakan baca: Makanan penyebab Keguguran
- Penyebab lainnya: Obesitas, merokok selama kehamilan, penyalahgunaan narkoba atau penggunaan obat yang berbahaya bagi janin (teratogenik).
Penyebab keguguran trimester kedua
Beberapa penyakit jangka panjang (kronis), penyakit saluran reproduksi, infeksi dan obat-obatan pada ibu hamil dapat meningkatkan risiko mengalami keguguran pada trimester kedua.
Penyakit Kronis
- Diabetes atau kencing manis (jika gula darah tidak terkontrol)
- Hipertensi atau tekanan darah tinggi berat
- Penyakit lupus
- Penyakit ginjal
- Hipertiroid dan Hipotiroid
Penyakit Infeksi
- Rubella (campak Jerman)
- Sitomegalovirus
- Infeksi toksopplasma atau disebut toksoplasmosis
- Infeksi bakteri pada vagina (vaginosis bakteri)
- Penyakit HIV
- Infeksi Klamidia
- Gonorrhea (kencing nanah)
- dll
Obat-obat Penyebab Keguguran: Retinoid (obat jerawat), metotreksat (Obat kemoterapi dan rematik), NSAID (Obat antinyeri dan peradangan) dan sebagainya.
Masalah pada organ reproduksi, masalah struktur rahim contohnya fibroid atau jaringan parut rahim sebuah tumor jinak pada rahim, lemah serviks yakni leher rahim lemah atau inkompetensi serviks.
Sindrom ovarium polikistik (PCOS). Ovarium memiliki ukuran lebih besar dari biasanya. Hal ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormon di dalam rahim. Penyakit ini dikenal sebagai penyebab utama kemandulan dan ternyata diketahui juga menjadi penyebab keguguran.
Penjelasan lebih lengkap baca di sini: Penyebab Keguguran
Tanda-tanda keguguran
Ciri-ciri atau tanda-tanda utama seorang ibu hamil mengalami keguguran adalah pendarahan. Keluarnya darah dari vagina dapat bervariasi mulai dari bercak kecoklatan atau ngeflek sampai pendarahan berat atau banyak. Hal ini dapat terjadi secara bertahap atau hilang timbul selama beberapa hari.
Selain pendarahan, ada juga gejala lain yang dirasakan seperti:
- Kram dan nyeri pada perut bagian bawah
- Keluarnya cairan dari jalan lahir
- keluarnya jaringan seperti daging dari jalan lahir
- Tidak lagi mengalami tanda dan gejala kehamilan, seperti rasa sakit dan nyeri pada payudara.
Kapan harus periksa ke dokter?
Setiap ibu hamil yang mengalami tanda-tanda keguguran seperti di atas harus segera memeriksakan diri ke dokter, meskipun gejalanya masih berupa flek-flek atau bercak darah.
Perlu juga diperhatikan bahwa, keguguran juga dapat terjadi pada hamil di luar kandungan (kehamilan ektopik). Gejala dan tanda-tanda bahwa kehamilan ektopik mengalami keguguran meliputi:
- Sakit perut dengan intensitas sedang hingga berat dan mendadak.
- Setelah sakit perut mengalami pendarahan vagina atau spotting.
- Sempoyongan, terasa melayang, penglihatan kabur, lemah dan mungkin pingsan karena kehabisan banyak darah dan cairan tubuh akibat pendarahan tersembunyi.
Hal ini biasanya muncul antara kurang dari 12 minggu masa kehamilan. Kondisi yang demikian memerlukan tindakan medis darurat.
Bagaimana cara mencegah keguguran?
Sebagian besar kasus keguguran tidak dapat dicegah. Jika seorang wanita telah mengalami sering keguguran lebih dari tiga kali maka usaha yang dapat dilakukan yaitu menjaga kehamilan mereka dengan obat-obatan di bawah perawatan dokter spesialis kandungan. Namun demikian, masih ada beberapa hal yang dapat ibu lakukan untuk mengurangi risiko atau mencegah keguguran.
Sebagai contoh menghindari asap rokok, tidak minum alkohol, menurunkan berat badan bagi yang obesitas, tidak menggunakan obat-obatan saat hamil, dan sebagainya sesuai dengan penyebab keguguran seperti tertulis di atas.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.