Penyebab Ruam Popok
Diaper rash atau ruam popok terjadi akibat gesekan popok yang basah dan kontak dengan zat kimia pada urin dan kotoran, sehingga kulit menjadi lecet dan kemerahan. Jika kulit melepuh, mengelupas dan berdarah, artinya, ruam sudah semakin parah. Kulit yang luka, rentan terhadap infeksi jamur dan bakteri.
Diaper rash biasanya mengenai bagian pangkal paha, alat kelamin, bokong dan perut bayi.
Penyebab lain diaper rash, diantaranya, terlambat mengganti (membiarkan) popok yang basah, terlalu lama kontak dengan zat kimia pada tinja (terutama saat bayi sedang mengalami diare), alergi terhadap wewangian pada popok atau tisu pembersih, serta infeksi jamur dan bakteri
Cara Mencegah Ruam Popok
Untuk mencegah diaper rash :
- Cuci tangan Anda sebelum dan sesudah mengganti popok.
- Mengganti popok sesering mungkin meskipun hanya basah. Bayi yang menyusui biasanya BAB 8x sehari.
- Setelah mengganti, hindari langsung memakaikan popok, biarkan kulit bayi terkena udara sekitar lima sampai sepuluh menit untuk menghindari lembab.
- Pakaikan popok agak longgar. Jangan terlalu ketat agar menghindari popok yang basah dan bagian popok yang kotor menyentuh kulit bayi terlalu sering.
- Secara gentle bersihkan area yang terkena popok dengan air. Tidak perlu menggunakan sabun setiap mengganti popok. Gunakan sabun bila kotoran bayi sulit dibersihkan.
- Disarankan untuk tidak memakai bedak tabur karena dapat mengganggu pernafasan bayi.
- Hindari over-cleansing dengan menggunakan tissue pembersih atau tissue basah yang mengandung alkohol atau parfum karena dapat mengiritasi kulit bayi.
- Gunakan sabun cuci yang lembut untuk mencuci popok atau sabun khusus pakaian bayi, jangan menggunakan pemutih dan keringkan popok dengan baik.
Setelah popok diganti dengan rutin, umumnya ruam akan segera hilang. Segera konsultasikan ke dokter bila ruam popok tidak membaik dalam 48-72 jam, kulit semakin melepuh dan muncul nanah, dan bila ruam semakin parah.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.