April 04, 2019 17:56
Dijawab oleh
Galang Martin (dr)
Halo, terima kasih telah bertanya di Honestdocs
Untuk kebanyakan orang sehat, diet tinggi protein umumnya tidak berbahaya, terutama jika diikuti dalam waktu singkat. Diet seperti itu dapat membantu menurunkan berat badan dengan membuat Anda merasa lebih kenyang. Namun, studi mengenai risiko menggunakan diet protein tinggi dengan pembatasan karbohidrat untuk jangka panjang masih dipelajari. Beberapa masalah kesehatan dapat terjadi jika diet protein tinggi diikuti untuk waktu yang lama:
• Beberapa diet protein tinggi membatasi asupan karbohidrat sehingga mereka dapat menyebabkan kekurangan nutrisi atau serat yang tidak mencukupi, yang dapat menyebabkan masalah seperti bau mulut, sakit kepala dan sembelit.
• Beberapa diet protein tinggi termasuk makanan seperti daging merah dan produk susu penuh lemak, yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung
• Diet tinggi protein dapat memperburuk fungsi ginjal pada orang dengan penyakit ginjal karena tubuh Anda mungkin mengalami kesulitan menghilangkan semua produk limbah metabolisme protein.
Jika Anda ingin mengikuti diet tinggi protein, pilih protein Anda dengan bijak. Pilihan yang baik termasuk protein kedelai, kacang-kacangan, kacang-kacangan, ikan, unggas tanpa kulit, daging sapi tanpa lemak, daging babi dan produk susu rendah lemak. Hindari daging olahan.
Terimakasih semoga bermanfaat
Dapatkan jawaban yang lebih lengkap dengan konsultasi langsung dengan dokter di rumah sakit atau klinik terdekat.
Dok, saya penasaran dengan diet telur. Waktu itu teman saya bilang bahwa diet telur ga bagus utk ginjal karena telur mengandung protein tinggi. Hal berbeda juga saya dengar, katanya ga apa2 diet telur asal kuning telurnya ga dimakan. Kira2 pendapat mana yang masuk akal dok? mohon pencerahannya dokter
Dok, saya penasaran dengan diet telur. Waktu itu teman saya bilang bahwa diet telur ga bagus utk ginjal karena telur mengandung protein tinggi. Hal berbeda juga saya dengar, katanya ga apa2 diet telur asal kuning telurnya ga dimakan. Kira2 pendapat mana yang masuk akal dok? mohon pencerahannya dokter