Beberapa penyakit bisa muncul akibat pengaruh tekanan darah, baik terlalu rendah maupun tinggi. Satu-satunya cara untuk mengetahui normal atau tidaknya tekanan darah Anda adalah dengan memeriksakannya secara rutin. Coba cek lagi, apakah tekanan darah Anda sudah normal? Simak data lengkapnya berikut ini.
Memahami soal tekanan darah
Tekanan darah menggambarkan ukuran seberapa kuat organ jantung memompa darah dan mengalirkannya ke seluruh tubuh. Hal ini biasanya mengacu pada tekanan pada arteri besar sirkulasi sistemik.
Dalam dunia kesehatan, tekanan darah diukur dalam satuan mmHg (millimetres of mercury). Tekanan darah terbagi menjadi 2 jenis, yaitu:
- Tekanan sistolik, menunjukkan level tekanan darah saat jantung memompa darah ke seluruh tubuh.
- Tekanan diastolik, terjadi saat jantung beristirahat atau jeda sejenak sebelum meneruskan aktivitas pemompaan darah kembali.
Misalnya saja, tekanan darah Anda 120/80 mmHg. Itu artinya, tekanan sistoliknya adalah 120 dan diastoliknya sebesar 80 mmHg.
Biasanya, yang lebih diperhatikan adalah tekanan darah sistolik (angka bagian atas). Angka ini menjadi penentu risiko seseorang terkena penyakit kardiovaskular saat berusia di atas 50 tahun.
Seiring dengan bertambahnya usia, tekanan darah sistolik cenderung meningkat. Hal ini dipengaruhi oleh bertambahnya kekakuan arteri besar, pembentukan plak jangka panjang, dan peningkatan risiko penyakit jantung dan penyakit kardiovaskular lainnya.
Jenis tekanan darah tidak normal
Saat tekanan darah tidak dalam kategori normal, ada 2 kemungkinan yang bisa terjadi, yaitu hipotensi dan hipertensi.
1. Hipotensi
Seseorang dikatakan mengalami hipotensi ketika tekanan darahnya berada di bawah angka 90/60 mmHg. Kondisi ini tidak terlalu berbahaya jika ditangani dengan baik.
Namun, bukan berarti hipotensi bisa disepelekan. Kalau terus dibiarkan tanpa penanganan, hipotensi bisa memicu kerusakan organ vital seperti jantung dan otak.
Tekanan darah rendah biasanya ditandai dengan gejala sebagai berikut:
- Mual
- Muntah
- Pusing
- Penglihatan kabur
- Napas sesak dan pendek
- Depresi
- Susah berkonsentrasi
- Pingsan
Ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang menderita hipotensi, di antaranya depresi, anemia, hamil, perdarahan, konsumsi obat tertentu, dehidrasi, sampai gagal jantung.
2. Hipertensi
Biasa juga disebut tekanan darah tinggi, yakni kondisi saat angka tekanan darah berada pada 140/90 mmHg ke atas. Dibanding hipotensi, hipertensi umumnya tidak menunjukkan gejala apa pun dan baru diketahui setelah dilakukan pemeriksaan medis.
Tekanan darah tinggi yang dibiarkan tanpa penanganan dapat memicu berbagai penyakit kronis, mulai dari stroke, serangan jantung, gangguan penglihatan, dan gagal ginjal. Karena gejalanya sering tak terdeteksi, hipertensi sering disebut sebagai pembunuh diam-diam.
Selain faktor keturunan, orang yang berisiko mengidap hipertensi adalah mereka yang terlalu banyak mengonsumsi alkohol dan garam, obesitas, jarang berolahraga, perokok, dan lansia di atas usia 55 tahun.
Baca Juga :
- Mitos dan Fakta Seputar Ciri-Ciri dan Gejala Darah Tinggi
- Cara Aman Menurunkan Tekanan Darah Saat Kehamilan
Berapa tekanan darah normal orang dewasa?
Bagi orang dewasa, dikatakan memiliki tubuh yang sehat jika tekanan darahnya berkisar 120/80 mmHg ke bawah. Tekanan darah dikatakan meningkat pada saat tekanan darah sistolik secara konsisten berkisar antara 120-129 dan diastolik kurang dari 80 mm Hg.
Melansir dari WHO, berikut ini kategori tekanan darah orang dewasa, yaitu:
1. Normotensi
Tekanan darah yang normal atau normotensi adalah kondisi saat sistolik < 120 mmHg dan diastolik =< 80 mmHg. Ini artinya, Anda dalam kondisi sehat dan fit sehingga bisa menjalani aktivitas seperti biasanya.
Pertahankan tekanan darah normal Anda ini dengan menerapkan gaya hidup sehat. Memperbaiki pola hidup tidak hanya mencegah, tapi juga menurunkan risiko masalah keseahtan lainnya yang disebabkan oleh hipertensi.
2. Prehipertensi
Prehipertensi dapat digambarkan sebagai tanda peringatan bagi seseorang untuk terkena hipertensi. Orang yang dalam kategori prehipertensi sudah mulai menunjukkan tekanan darah tinggi, tapi masih dianggap batas normal.
Prehipertensi ditandai dengan tekanan darah sistolik 120-129 mmHg dan diastolik =< 80 mmHg. Kondisi ini menjadi cikal bakal Anda terkena hipertensi jika tidak segera mengubah pola hidup menjadi lebih sehat.
3. Hipertensi tahap 1
Hipertensi tahap 1 adalah kondisi ketika tekanan darah sistolik secara konsisten berkisar antara 130-139 mmHg dan diastolik 80-89 mmHg. Pada tahap ini, dokter akan menyarankan penderita untuk segera memperbaiki pola hidupnya sehari-hari.
Pada beberapa kasus, dokter mungkin mempertimbangkan untuk meresepkan obat tekanan darah tinggi untuk mengantisipasi risiko penyakit kardiovaskular aterosklerotik (ASCVD) seperti serangan jantung atau stroke.
4. Hipertensi tahap 2
Disebut hipertensi tahap 2 apabila tekanan darah secara konsisten berkisar antara 140/90 mmHg atau lebih tinggi. Pada tahap ini, dokter akan meresepkan obat tekanan darah tinggi dan mengharuskan pasien untuk menerapkan pola hidup yang lebih sehat.
5. Krisis hipertensi
Seseorang dikatakan mengalami krisis hipertensi ketika kadar tekanan darah tiba-tiba melebihi 180/120 mmHg. Bila tekanan darah Anda dalam kategori ini dan terdapat tanda-tanda kerusakan organ seperti nyeri dada, sesak napas, sakit punggung, mati rasa, lemah, gangguan penglihatan, hingga sulit bicara, segera hubungi dokter.
Perlu diketahui bahwa kadar tekanan darah normal di atas berlaku pada orang-orang dengan kondisi kesehatan tunggal. Bagi penderita penyakit jantung, diabetes, penyakit ginjal kronis atau kondisi tertentu lainnya, disarankan untuk melakukan usaha pengobatan yang lebih ketat lagi.
Untuk orang dewasa sehat dengan usia < 60 tahun, pengobatan yang dilakukan bertujuan untuk mencapai tekanan darah kurang dari 140/90 mmHg. Sedangkan untuk orang dewasa sehat berusia 60 tahun atau lebih, dokter akan melakukan upaya pengobatan agar tekanan darah kembali normal, yakni kurang dari 150/90 mmHg.
Cara menjaga tekanan darah tetap normal
Ada banyak cara yang bisa Anda lakukan untuk menjaga tekanan darah tetap normal, antara lain:
1. Batasi konsumsi garam
Garam dan MSG memiliki kandungan natrium yang cukup tinggi. Konsumsi garam berlebihan berpotensi menaikkan tekanan darah dan memicu hipertensi.
Agar tekanan darah tetap normal, atur asupan garam dalam makanan setiap harinya. Batasi jumlahnya agar tidak terlalu sedikit atau banyak.
2. Hindari alkohol
Alkohol mengandung kalori cukup tinggi yang apabila dikonsumsi berlebihan dapat menyebabkan obesitas. Orang dengan obesitas atau berat badan berlebih lebih rentan terkena hipertensi dibandingkan dengan mereka yang memiliki tekanan darah normal atau rendah.
3. Olahraga teratur
Olahraga fisik secara teratur minimal 2-3 kali seminggu dapat membantu meminimalisir risiko hipotensi maupun hipertensi. Gerakan olahraga dapat membuat tekanan darah lebih terkendali dan otot jantung pun jadi lebih kuat.
Tak hanya itu, olahraga juga dapat meningkatkan produksi hormon endorfin alias hormon bahagia yang bisa menghilangkan stres dan depresi. Hati-hati, pikiran yang gampang stres menjadi salah satu penyebab tekanan darah tidak normal.
4. Istirahat cukup
Agar tekanan darah tidak gampang naik, pastikan Anda mendapatkan istirahat yang cukup setiap harinya. Pasalnya, orang yang sering begadang lebih rentan mengidap hipertensi atau hipotensi, dibandingkan orang yang cukup beristirahat setiap malam.
Mulai sekarang, atur pola tidur Anda sebaik mungkin. Usahakan untuk mendapatkan tidur minimal 6-7 jam setiap malam agar kesehatan tubuh tetap terjaga.
5. Makan makanan yang sehat dan bergizi
Mengatur asupan makanan juga sangat penting untuk menjaga tekanan darah tetap normal. Pastikan untuk selalu mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang. Mulai dari buah-buahan, sayur-sayuran, biji-bijian, gandum utuh, susu rendah lemak, dan semacamnya.
Baca Juga:
- Daftar Makanan Penurun Darah Tinggi
- Cara Alami Menurunkan Tekanan Darah Tinggi, Cepat dan Aman
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.