Memiliki anak balita terkadang dapat menjadi tantangan tersendiri, karena usia-usia tersebut menandai dimulainya masa di mana anak suka merengek. Merengek sendiri dapat terjadi karena kemungkinan besar anak juga mengalami hambatan dalam mengekspresikan dirinya saat mereka merasa lelah, kesal, lapar, tidak nyaman atau saat tidak ingin melakukan sesuatu.
Menurut Michele Borba, Ed.D, penulis Parents Do Make a Difference, meski anak berusia 3 tahun ke atas kadang sudah mampu berbicara dengan lancar, namun kosakata mereka belumlah sebanyak orang dewasa, karena itulah rengekan pun terjadi.
Rengekan anak lantas dapat makin menjadi-jadi saat anak mengetahui bahwa dengan merengek, anak dapat merebut perhatian Anda. Karenanya, meski anak sudah mampu mengekspresikan dirinya dan perasaannya, anak cenderung masih akan melakukannya dengan merengek.
Jika anak Anda tahu bahwa Anda tidak tahan dengan rengekannya, maka anak Anda akan makin sering melakukannya karena dirinya mendapatkan reaksi dari Anda. Menurut Jane Nelsen, Ed.D., penulis Positive Discipline for Preschoolers, memarahi dan mencoba mendisiplinkan anak dapat membuat anak makin merengek. Meski demikian, menyerah akan keinginan anak juga tidak menjadi solusi yang tepat.
Cara Mengatasi Anak Sering Merengek
Untuk mengatasinya, Anda perlu memutus pola perilaku merengek ini dengan cara yang mendorong perkembangan anak dan bukan dengan hukuman. Dalam mempraktikkan cara-cara ini, dibutuhkan konsistensi dari orang tua untuk melakukannya:
1. Saat anak merengek, jangan tunjukkan bahwa Anda terganggu atau terpengaruh
Setelah episode rengekannya usai, carilah waktu tenang dan beritahukan pada anak Anda bahwa lain kali, jika anak Anda mencoba merengek lagi, Anda tidak akan merespons apa-apa. Dari sana, pastikan anak Anda tahu bahwa Anda tidak paham apa yang diinginkannya jika anak hanya merengek dan mintalah anak untuk memakai nada bicara yang lebih baik dan sopan.
2. Pastikan anak Anda paham caranya meminta dengan baik dan sopan
Terkadang, anak merengek tanpa mengetahui bahwa sikap tersebut bukanlah sikap yang baik. Jelaskan arti kata merengek melalui rekaman rengekan anak yang Anda rekam saat salah satu episode rengekan terjadi dan rekam juga saat anak meminta dengan baik. Kemudian, mainkan kedua rekaman di hadapan anak dan biarkan anak menilai sendiri manakah sikap yang baik.
Pastikan terlebih dahulu bahwa anak mengerti tujuan Anda merekam suaranya bukan untuk menjelekkan anak, melainkan untuk membuatnya belajar. Ajarkan juga kata-kata spesifik yang bisa digunakan anak untuk menyampaikan maksudnya tanpa harus merengek. Jangan menganggap anak sudah tahu apa yang mungkin belum diketahuinya, tunjukkan langsung caranya.
3. Berikan pujian pada anak
Katakan, “Terima kasih, ya, Nak, sudah menggunakan nada suara yang baik dan sopan untuk meminta”, atau katakan, “Suaranya merdu sekali kalau berbicara seperti itu”. Dengan pujian akan sikapnya yang baik, Anda akan dapat melihat kebiasaannya merengek yang makin berkurang.
4. Bertahan tetap konsisten
Jangan menyerah jika percobaan pertama Anda gagal. Cobalah memeriksa diri Anda sendiri dan perbaiki juga sikap dan cara bicara Anda pada anak. Dengan konsisten mendidik anak, Anda akan melihat hasilnya meski tidak selalu dalam waktu singkat.
Tugas Anda adalah mengajarkan pada anak caranya mempraktekkan metode efektif dalam berkomunikasi. Jika tidak dimulai sedini mungkin, kebiasaan merengek anak akan terbawa hingga anak dewasa dan mulai berteman. Tidak ada orang lain yang menyukai sosok yang mudah merengek, jadi dengan menolong anak sedini mungkin, Anda membantu mencegah anak memiliki karakter yang tidak disenangi oleh orang di sekitarnya nantinya.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.