Pemberian vaksin difteri menjadi satu-satunya cara yang paling efektif dalam menangkal difteri. Pasalnya, penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae ini begitu cepat menular, terlebih pada mereka yang memiliki sistem imun tubuh yang lemah dan belum pernah melakukan imunisasi difteri. Ada beberapa jenis vaksin difteri yang perlu Anda ketahui berikut ini.
Jenis-jenis vaksin difteri
Tidak seperti penyakit hepatitis B yang vaksinnya dapat berdiri sendiri, vaksin difteri tersedia dalam bentuk kombinasi dengan tetanus dan/atau pertusis (batuk rejan).
Booking Klinik Vaksinasi via HonestDocs
Dapatkan diskon hingga 70% paket vaksinasi hanya dari HonestDocs. Klik dan booking sekarang!
Secara internasional, vaksin difteri kombinasi terdiri dari 4 jenis, yakni DTaP, DT, Tdap, dan Td. Vaksin DTaP dan DT ditujukan untuk anak berusia 2 bulan hingga 7 tahun, sedangkan Tdap dan Td ditujukan untuk anak usia 7 tahun ke atas dan orang dewasa hingga usia 64 tahun.
Lebih jelasnya, mari kita kupas jenis vaksin difteri satu persatu berikut ini:
Vaksin difteri DTaP dan DT
Sesuai dengan nama singkatannya, Vaksin DTaP terdiri dari tiga komponen, yakni toksoid difteri (D), toksoid tetanus (T), dan komponen antigen bakteri pertusis (aP/acellular pertusis). Di Indonesia sendiri lebih banyak dijumpai vaksin DPT atau DTP yang letak perbedaannya terdapat pada komponen antigen untuk pertusis.
Vaksin DTP berisi sel bakteri pertusis utuh dengan ribuan antigen di dalamnya, termasuk antigen yang tidak diperlukan. Hal ini disingkat juga dengan DTwP (w untuk whole).
Karena banyak mengandung antigen, jenis vaksin difteri ini sering menimbulkan reaksi panas tinggi, bengkak, merah, dan nyeri di tempat suntikan. Sedangkan vaksin DTaP berisi bagian bakteri pertusis yang tidak utuh dan hanya mengandung sedikit antigen yang dibutuhkan saja sehingga minim efek di atas.
Sementara itu, vaksin DT hanya terdiri dari toksoid difteri (D) dan tetanus (T) yang khusus ditujukan untuk anak yang memiliki reaksi alergi terhadap vaksin pertusis. Dengan kata lain, vaksin DT menjadi pengganti vaksin DTaP pada kondisi tersebut.
Booking Klinik Vaksinasi via HonestDocs
Dapatkan diskon hingga 70% paket vaksinasi hanya dari HonestDocs. Klik dan booking sekarang!
DTaP atau DPT dan DT, keduanya ditujukan untuk anak yang berusia 2 bulan hingga 7 tahun. Pemberiannya dilakukan secara bertahap, dimulai ketika anak berusia 2 bulan (DTap I), 3 bulan (DTap II), dan 4 bulan (DTap III). Kemudian vaksin DTap ulang akan diberikan 1 tahun setelah DTaP III dan pada usia pra-sekolah, yakni 5-6 tahun.
Jenis vaksin difteri ini tidak dapat diberikan pada anak yang berusia di atas 7 tahun dan yang sedang menderita sakit, baik ringan atau lebih serius. Efek samping ringan yang mungkin timbul setelah pemberian vaksin difteri adalah berupa demam ringan, nyeri, kemerahan, dan pembengkakan lokal di daerah penyuntikan. Biasanya efek samping ini hanya berlangsung selama 1-2 hari.
Untuk mengatasi demam ringan dan nyeri, anak dapat diberikan obat pereda nyeri atau analgesik seperti paracetamol atau ibuprofen. Sementara untuk meredakan kemerahan juga pembengkakan, maka dapat diberikan kompres air hangat atau dingin dan berlatih untuk terus menggerak-gerakkan lengan maupun tungkai.
Baca selengkapnya: Obat Demam Anak: Pilih Paracetamol, Ibuprofen, atau Aspirin?
Vaksin difteri Tdap dan Td
Vaksin difteri jenis Tdap (tetanus, difteri, dan aselular pertusis) dan Td (tetanus dan difteri) merupakan jenis vaksin lanjutan yang diberikan setelah anak mendapat serangkaian vaksinasi awal (DTaP atau DT) secara lengkap. Vaksin tersebut umumnya diberikan ketika anak sudah berusia 10-16 tahun. Setelah itu, diulangi lagi setiap 10 tahun sebagai booster atau penguat.
Selain itu, vaksin jenis ini juga ditujukan untuk orang dewasa yang belum pernah mendapatkan vaksin difteri ketika masa anak-anak, petugas medis di rumah sakit, dan wanita hamil terutama ketika memasuki usia kandungan 27-36 minggu. Pemberian vaksin Tdap atau Td direkomendasikan untuk diulang setiap 10 tahun sekali, mengingat kekebalan tubuh yang bisa saja menurun seiring berjalannya waktu.
Paket Vaksin Hepatitis B Di NK Health Klinik
Cegah Penyakit Hepatitis B dengan Vaksin. Paket ini termasuk 3x suntik vaksin Hepatitis B, biaya registrasi, konsultasi dengan dokter, dan pemeriksaan tanda-tanda vital.
Seseorang yang sedang mengalami sakit ringan masih bisa melakukan vaksin difteri jenis ini. Namun, untuk penyakit yang cukup serius, pemberian vaksin harus dilakukan setelah sembuh atau sesuai persetujuan dokter.
Efek samping vaksin Tdap dan Td cenderung ringan, serupa dengan efek samping vaksin DTaP atau DT, di antaranya seperti demam ringan, rasa nyeri, kemerahan, dan pembengkakan di area penyuntikkan. Efek samping serius seperti reaksi anafilaksis jarang terjadi.
Apa perbedaan DTaP dengan Tdap dan DT dengan Td?
Pada dasarnya, antara vaksin DTaP dengan Tdap dan DT dengan Td memiliki kandungan yang sama. Lantas, apa yang membedakan keduanya sehingga singkatan dan kegunaannya dapat berbeda?
Huruf besar "T" berarti dalam vaksin tersebut mengandung tetanus toksoid dalam jumlah atau kadar yang sama besarnya. Kita perhatikan bahwa setiap vaksin mengandung T besar (DTaP, DT, Tdap dan Td). Berbeda dengan kandungan lainnya, D dan P ada yang ditulis besar dan kecil.
Huruf besar "D" dan "P" berarti pada vaksin tersebut mengandung toksoid difteri (D) dan antigen pertusis (P) dengan jumlah atau kadar yang tinggi. Sedangkan pada vaksin berhuruf kecil ("d" dan "p") berarti memiliki kadar yang rendah.
Kemudian, aturan penulisan untuk huruf D besar selalu diletakkan di awal. Contohnya pada vaksin DT yang menjadi Td ketika kandungan toksoid difterinya rendah, bukan ditulis dT.
Semua jenis vaksin berkadar rendah ("d" dan "p") digunakan hanya sebagai tambahan atau penguat (booster) untuk usia di atas 7 tahun.
Tingkat keberhasilan vaksin difteri terhadap penyakit difteri, pertusis, dan tetanus apabila diberikan secara lengkap dan berulang mencapai 90%. Oleh karena itu, setiap individu baik yang masih berusia di bawah 7 tahun hingga orang dewasa di atas 40 tahun disarankan untuk melakukan vaksin difteri guna mencegah penyebaran penyakit berbahaya ini.
Baca juga: Seputar Vaksinasi Difteri yang Harus Anda Ketahui
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.